16 Maret 2010, Nyepi datang lagi, artinya agenda tahunan buat ngungsi datang lagi...sedikit ribet karena kali ini aku hanya berdua dengan anakku. Pilihan paling gampang adalah "ngungsi" ke hotel..., dan kali ini hotel yang jadi pilihan Hotel Nikki dengan 2 alasan sederhana, pertama dekat dari rumah, yang kedua, hotel ini bersebelahan dengan Rumah Sakit Puri Bunda, rumah sakit tempat Ekel lahir ( Hotel Nikki dan Rumah Sakit Puri Bunda satu owner dan satu manajemen ), maksudnya kalau sampai Ekel sakit kita masih bisa jalan kaki ke rumah sakit tersebut karena kalau Nyepi kita nggak bisa kemana mana.
Kenapa harus ngungsi?
Nyepi identik dengan kegelapan, tau sendiri kan, kalau waktunya Nyepi kita tidak bisa bebas menyalakan lampu di malam hari. Artinya, karena kami juga non Hindu jadi penghayatan akan "kegelapan" terasa kurang menyentuh, apalagi untuk anak seusia Ekel. Dan jalan keluar sekaligus untuk menghormati kesakralan Nyepi adalah mengungsi itu tadi, jadi aku tak perlu takut lagi seandainya anakku memaksa menyalakan lampu.
Memangnya di hotel boleh?
Pasti boleh, kalau nggak boleh nggak mungkin juga mereka menawarkan "Paket Nyepi" dengan catatan pada saat Nyepi hanya lampu di lobby bagian dalam, lorong-lorong serta kamar yang boleh dinyalakan, itupun bukan lampu yang besar dengan sinar terang yang kuat. Sedangkan lampu lobby depan dimatikan hingga gelap total, saking gelapnya bahkan kita tidak tau kalau disitu berdiri sebuah bangunan. Jendela dengan view ke taman ditutup dengan kertas-kertas tebal yang tak tembus cahaya.
Kepraktisan lain adalah paket yang telah disediakan oleh hotel ( hampir tiap hotel menawarkan hal yang sama hanya dengan rate yang berbeda ), yang pasti adalah dalam satu paket 3 hari 2 malam, dengan akomodasi 4 kali makan ( 2 kali breakfast, 1 kali lunch dan 1 kali dinner ) disajikan ala buffet. Biar kita nyaman dan nggak terasa kalau lagi Nyepi biasanya disediakan mini in door playground, movies, spa, fitness, karaoke dan yang paling laris adalah berenang.
Ekel sudah kali ke empat Nyepi ngungsi ke hotel, saat usianya baru 2 bulan, aku chek in sebelum pawai ogoh-ogoh dimulai, bisa nggak sampai-sampai ke hotel nanti karena bisa dipastikan jalanan macet. Malam pertama di hotel semuanya masih terasa seperti liburan, begitu esoknya sejak pukul 06.00 saat matahari muncul, semuanya terasa hening, hingga siang terang benderang suasana bertambah sunyi, melongok ke jalanan seperti pulau tak berpenghuni. Sore hingga ke malam masih sama , hening,sunyi , gelap dan pekat. Kalau lagi banyak masalah dan lagi sendirian benar-benar terasa "luar biasa".
Esoknya pukul 06.00, ketika kita sudah diperbolehkan keluar , saatnya menghirup udara yang terbebas dari polusi, udara begitu tipis dan segar. Bumi dan langit di Bali seolah telah benar-benar istirahat dari segala kepenatannya selama ini.
Dan rasanya bukan hanya bumi Bali yang telah istirahat, aku juga bisa memanfaatkan waktu untuk beristirahat, bagaimana tidak, kerjaku hanya bangun tidur, berenang menemani Ekel, mandi, makan, tidur, makan lagi, malamnya chatting dengan orang tersayang...
Akhirnya ya...meskipun nggak suka gelap, tiap tahun ini akan tetap jadi agenda tahunan, mau hotel yang lebih enak ? mesti nabung dulu ...
Kenapa harus ngungsi?
Nyepi identik dengan kegelapan, tau sendiri kan, kalau waktunya Nyepi kita tidak bisa bebas menyalakan lampu di malam hari. Artinya, karena kami juga non Hindu jadi penghayatan akan "kegelapan" terasa kurang menyentuh, apalagi untuk anak seusia Ekel. Dan jalan keluar sekaligus untuk menghormati kesakralan Nyepi adalah mengungsi itu tadi, jadi aku tak perlu takut lagi seandainya anakku memaksa menyalakan lampu.
Memangnya di hotel boleh?
Pasti boleh, kalau nggak boleh nggak mungkin juga mereka menawarkan "Paket Nyepi" dengan catatan pada saat Nyepi hanya lampu di lobby bagian dalam, lorong-lorong serta kamar yang boleh dinyalakan, itupun bukan lampu yang besar dengan sinar terang yang kuat. Sedangkan lampu lobby depan dimatikan hingga gelap total, saking gelapnya bahkan kita tidak tau kalau disitu berdiri sebuah bangunan. Jendela dengan view ke taman ditutup dengan kertas-kertas tebal yang tak tembus cahaya.
Kepraktisan lain adalah paket yang telah disediakan oleh hotel ( hampir tiap hotel menawarkan hal yang sama hanya dengan rate yang berbeda ), yang pasti adalah dalam satu paket 3 hari 2 malam, dengan akomodasi 4 kali makan ( 2 kali breakfast, 1 kali lunch dan 1 kali dinner ) disajikan ala buffet. Biar kita nyaman dan nggak terasa kalau lagi Nyepi biasanya disediakan mini in door playground, movies, spa, fitness, karaoke dan yang paling laris adalah berenang.
Ekel sudah kali ke empat Nyepi ngungsi ke hotel, saat usianya baru 2 bulan, aku chek in sebelum pawai ogoh-ogoh dimulai, bisa nggak sampai-sampai ke hotel nanti karena bisa dipastikan jalanan macet. Malam pertama di hotel semuanya masih terasa seperti liburan, begitu esoknya sejak pukul 06.00 saat matahari muncul, semuanya terasa hening, hingga siang terang benderang suasana bertambah sunyi, melongok ke jalanan seperti pulau tak berpenghuni. Sore hingga ke malam masih sama , hening,sunyi , gelap dan pekat. Kalau lagi banyak masalah dan lagi sendirian benar-benar terasa "luar biasa".
Esoknya pukul 06.00, ketika kita sudah diperbolehkan keluar , saatnya menghirup udara yang terbebas dari polusi, udara begitu tipis dan segar. Bumi dan langit di Bali seolah telah benar-benar istirahat dari segala kepenatannya selama ini.
Dan rasanya bukan hanya bumi Bali yang telah istirahat, aku juga bisa memanfaatkan waktu untuk beristirahat, bagaimana tidak, kerjaku hanya bangun tidur, berenang menemani Ekel, mandi, makan, tidur, makan lagi, malamnya chatting dengan orang tersayang...
Akhirnya ya...meskipun nggak suka gelap, tiap tahun ini akan tetap jadi agenda tahunan, mau hotel yang lebih enak ? mesti nabung dulu ...