Gede Eka " Dede " Mudahartayasa.....
( Datang : 31 Maret 1969 Pergi : 8 Januari 1993 )
Nggak ada hujan, nggak ada angin tiba tiba tiga hari terakhir ini aku teringat sama 'seseorang' yang pernah datang dan mengisi masa laluku.
Seorang pria sederhana, datang dari Bali Utara, berperilaku sopan dan rendah hati...
Aku mengenalnya sekitar tahun 1988, dari pertama kakiku menginjak kampus fakultas hukum di bukit jimbaran , tapi semuanya belum memberi arti.
Pertemanan kami dekat ketika kami mengikuti kerja sosial di Karangasem ketika teman teman yang lain 'pentas' di panggung dan aku bersama teman teman cewek yang lain naik ke atas kursi dan berpegangan pundak pundak yang ada di bawah kami, ternyata peganganku ada pada pundaknya..( itupun dia yang mengingatkan, maklum gelap kali ya jadi aku nggak begitu ngeh ..siapa orang yang aku jadikan pegangan..taunya pegangan sama temen sekelas aja gitu..hi..hi..hi..)
Karena kost yang nggak begitu jauh, hampir setiap hari sepulang kuliah kami bertemu, dan hari hari selanjutnya kami akhirnya selalu bersama sama berangkat ke kampus...dia hampir tak pernah absen untuk mengantar jemputku.
Pertemanan yang tulus & manis berlanjut menjadi hubungan teman tapi mesra , pertemanan dengan aroma percintaan...kedua orang tua kamipun mengetahuinya...so far so good-lah pokoknya.
Anak baik dari orang tua yang baik, untuk ukuran ganteng enggak begitu juga , walaupun posturnya boleh juga...tinggi besar..., dia lebih ke arah humoris tapi serius.
Kuliah jauh lebih serius bahkan kadang tugasku dia pula yang mengerjakan...selalu lulus ujian dengan nilai A minimal B ..jarang dia mendapat nilai C apalagi sampai nggak lulus.
Sampai semester 5 semuanya berjalan baik baik saja, kalau aku pulang mudik ke Batu, dia selalu rajin mengirim surat memintaku untuk segera kembali...kata katanya romantis...tapi sejujurnya romantisnya dia hanya di tulisan tulisan yang dia kirimkan saja, aslinya orangnya agak pemalu jadi ya 'gaya berpacaran' kami anteng anteng saja...sama sekali nggak ada yang 'nyerempet2 bahaya'.
Pulang dari liburan kembali ke kamps aku tidak menemukan dia, dan informasi yang aku dapat dia kena typus jadi harus opname.
Beberapa hari kemudian ketika kami bertemu di kampus, betapa kagetnya aku, setelah 2 minggu tak bertemu...mukanya kuyu..badannya kurus...
Firasatku mengatakan dia tak hanya kena typus tapi sesuatu yang lebih serius terjadi padanya.
Bapaknya sempat bertemu dan memintaku untuk membujuknya mau periksa ke dokter jantung...dan dengan sedikit memaksa aku berhasil menggiringnya untuk periksa di dokter ahli jantung ( Prof.Dr.Wita ) , dan dari pemeriksaan EKG, aku cukup terkesima karena dokter menyatakan jantungnya tidak stabil dan dalam stadium yang kronis, kekuatannya menurun drastis.
Hah...??? bagaimana mungkin, dua minggu sebelumnya tidak terjadi apa apa dengan dirinya...kini dengan badan kurus berjalan sempoyongan aku seperti tak mampu melihatnya, dalam setiap melangkah dia seperti menahan beban yang sangat berat...aku yakin semua itu kalah oleh semangatnya.
Dia tidak bisa mengikuti perkuliahan di semester berikutnya, dan bahkan beberapa kali aku ke Singaraja untuk melihat dia yang dirawat di rumah sakit, bahkan sempat menungguinya di UGD....sungguh menyakitkan dan menyesakkan melihat orang yang aku sayanagi terbaring tak berdaya.
Satu hal yang aku ingat ketika di dalam UGD ( tepat di sebelahnya ) ada seorang nenek yang meninggal...dia seketika terduduk memintaku untuk mendekapnya sambil menangis bahwa sebentar lagi dia akan mengalami hal yang sama.
Orang tua dan seluruh keluarganya sudah mengupayakan berbagai macam cara, hingga membawanya ke Jakarta...ketika mengantarnya ke bandara...melepasnya...melihat dia dipapah masuk ke dalam perut pesawat aku ragu dia bisa kembali ke Bali...
Dia kembali dari Jakarta membawa pemeriksaan di RS Harapan Kita, bahwa jantungnya telah bocor dan sebagian dari jantung itu telah mengeras...ya Tuhan...betapa berat cobaan ini...
Setiap ada kesempatan dan waktu aku mengunjunginya ke Singaraja yang dapat ditempuh kurang lebih 2 jam perjalanan.
Bahkan saking dekatnya hubungan kami, ayahnya sempat meminta aku untuk menikah dengannya sesegera mungkin...
Kunjungan terakhirku bulan Desember 1992, aku bertiga dengan teman cewek yang juga sahabat sahabatnya.
Dengan dibonceng adik ketiganya kami diajak ke desa asalnya , di kaki gunung di sebuah desa yang namanya Bebetin.
Hari itu kami habiskan dengan tertawa tergelak2...memanen rambutan dan es teh jamur...dan ketika kutatap dalam dalam dia tidak seperti orang yang tengah menari dalam bayang bayang kematian !!
Perjalanan pulang kami berpisah di Singaraja, sebetulnya dia memintaku untuk tinggal lagi sehari, tapi karena keesokan harinya aku harus mengurus persiapan KKN jadi aku tidak bisa memenuhi permintaannya.
Lambaian tanganku dibalasnya dengan anggukan dalam dan senyuman kecil...kenangan itu hingga sekarang tak juga bisa hilang.
9 Januari 1993, bangun tidur sekitar jam setengah tujuh di kost ku aku kedatangan tamu, yang tak lain adalah Dewi, adik kandungnya...dengan berurai air mata, tanpa bersuara dia mengangguk...dan aku hanya bertanya .."kapan kejadiannya?" dia bilang "kemarin sore..."
Dewi aku suruh pulang dulu, aku akan menyusul dengan kakakku...
Satu jam berikutnya aku sudah ada di daerah Bedugul...di tepi danau menunggu hujan agak mereda dengan kondisi sudah basah kuyup oleh hujan lebat...tapi aku masih bisa menyadari ada aliran hangat di pipiku...
Dan disaat itu pula aku menyadari bahwa kepergiaannya sama dengan tanggal dan bulan kepergiaan kakakku yang pertama...8 Januari, aku hanya menyimpulkan sendiri dengan setengah menghibur diri sendiri...mungkin dia tidak ingin dilupakan karena bagiku adalah juga tidak mungkin melupakan tanggal kepergian kakakku tercinta.
Melihat jenazah terbaring beku, hatiku miris...inikah badan yang sering menolong, membantu, memperhatikan, memanjakan, membuatku menangis dan tertawa...sudah tak bersukma...sudah pergi jauh tanpa meninggalkan kata-kata...
Apalagi yang bisa kulakukan untuknya selain mengirimkan penggalan doa.
Semingu sesudahnya aku kembali ke Bebetin mengikuti pemakamannya bersama beberapa teman...tak seperti kala menyaksikan tubuhnya terbaring diam untuk pertama kalinya, malah ketika jenazah hendak diberangkatkan hatiku seperti tak bisa menerima...terasa sakit ....aku hanya bisa menangis sekeras-kerasnya....ada sesuatu yang ikut pergi dari diriku...
Beberapa tahun berlalu, aku dihubungi keluarganya untuk proses pengabenan , hanya karena aku sudah di Malang dengan status bekerja aku tidak bisa hadir...
Tapi dia selalu datang dalam setiap mimpiku...
18 tahun telah berlalu tapi itu semua seolah masih seperti kemarin, hari ini rinduku semakin menjadi ketika aku melihat wajah sang adik ( yang ke empat ) muncul di layar tv swasta Bali sedang wawancara karena sang adik saat ini sebagai ketua KPU Bali..aku seperti melihat fotocopy dari wajah sang kakak...
Aku tau dia sudah ada di nirwana, sudah tak kesakitan, sudah tenang, sudah berbahagia..tapi aku kangen...dan hari ini tambah kangen padamu De...sumpah !!!
( Datang : 31 Maret 1969 Pergi : 8 Januari 1993 )
Nggak ada hujan, nggak ada angin tiba tiba tiga hari terakhir ini aku teringat sama 'seseorang' yang pernah datang dan mengisi masa laluku.
Seorang pria sederhana, datang dari Bali Utara, berperilaku sopan dan rendah hati...
Aku mengenalnya sekitar tahun 1988, dari pertama kakiku menginjak kampus fakultas hukum di bukit jimbaran , tapi semuanya belum memberi arti.
Pertemanan kami dekat ketika kami mengikuti kerja sosial di Karangasem ketika teman teman yang lain 'pentas' di panggung dan aku bersama teman teman cewek yang lain naik ke atas kursi dan berpegangan pundak pundak yang ada di bawah kami, ternyata peganganku ada pada pundaknya..( itupun dia yang mengingatkan, maklum gelap kali ya jadi aku nggak begitu ngeh ..siapa orang yang aku jadikan pegangan..taunya pegangan sama temen sekelas aja gitu..hi..hi..hi..)
Karena kost yang nggak begitu jauh, hampir setiap hari sepulang kuliah kami bertemu, dan hari hari selanjutnya kami akhirnya selalu bersama sama berangkat ke kampus...dia hampir tak pernah absen untuk mengantar jemputku.
Pertemanan yang tulus & manis berlanjut menjadi hubungan teman tapi mesra , pertemanan dengan aroma percintaan...kedua orang tua kamipun mengetahuinya...so far so good-lah pokoknya.
Anak baik dari orang tua yang baik, untuk ukuran ganteng enggak begitu juga , walaupun posturnya boleh juga...tinggi besar..., dia lebih ke arah humoris tapi serius.
Kuliah jauh lebih serius bahkan kadang tugasku dia pula yang mengerjakan...selalu lulus ujian dengan nilai A minimal B ..jarang dia mendapat nilai C apalagi sampai nggak lulus.
Sampai semester 5 semuanya berjalan baik baik saja, kalau aku pulang mudik ke Batu, dia selalu rajin mengirim surat memintaku untuk segera kembali...kata katanya romantis...tapi sejujurnya romantisnya dia hanya di tulisan tulisan yang dia kirimkan saja, aslinya orangnya agak pemalu jadi ya 'gaya berpacaran' kami anteng anteng saja...sama sekali nggak ada yang 'nyerempet2 bahaya'.
Pulang dari liburan kembali ke kamps aku tidak menemukan dia, dan informasi yang aku dapat dia kena typus jadi harus opname.
Beberapa hari kemudian ketika kami bertemu di kampus, betapa kagetnya aku, setelah 2 minggu tak bertemu...mukanya kuyu..badannya kurus...
Firasatku mengatakan dia tak hanya kena typus tapi sesuatu yang lebih serius terjadi padanya.
Bapaknya sempat bertemu dan memintaku untuk membujuknya mau periksa ke dokter jantung...dan dengan sedikit memaksa aku berhasil menggiringnya untuk periksa di dokter ahli jantung ( Prof.Dr.Wita ) , dan dari pemeriksaan EKG, aku cukup terkesima karena dokter menyatakan jantungnya tidak stabil dan dalam stadium yang kronis, kekuatannya menurun drastis.
Hah...??? bagaimana mungkin, dua minggu sebelumnya tidak terjadi apa apa dengan dirinya...kini dengan badan kurus berjalan sempoyongan aku seperti tak mampu melihatnya, dalam setiap melangkah dia seperti menahan beban yang sangat berat...aku yakin semua itu kalah oleh semangatnya.
Dia tidak bisa mengikuti perkuliahan di semester berikutnya, dan bahkan beberapa kali aku ke Singaraja untuk melihat dia yang dirawat di rumah sakit, bahkan sempat menungguinya di UGD....sungguh menyakitkan dan menyesakkan melihat orang yang aku sayanagi terbaring tak berdaya.
Satu hal yang aku ingat ketika di dalam UGD ( tepat di sebelahnya ) ada seorang nenek yang meninggal...dia seketika terduduk memintaku untuk mendekapnya sambil menangis bahwa sebentar lagi dia akan mengalami hal yang sama.
Orang tua dan seluruh keluarganya sudah mengupayakan berbagai macam cara, hingga membawanya ke Jakarta...ketika mengantarnya ke bandara...melepasnya...melihat dia dipapah masuk ke dalam perut pesawat aku ragu dia bisa kembali ke Bali...
Dia kembali dari Jakarta membawa pemeriksaan di RS Harapan Kita, bahwa jantungnya telah bocor dan sebagian dari jantung itu telah mengeras...ya Tuhan...betapa berat cobaan ini...
Setiap ada kesempatan dan waktu aku mengunjunginya ke Singaraja yang dapat ditempuh kurang lebih 2 jam perjalanan.
Bahkan saking dekatnya hubungan kami, ayahnya sempat meminta aku untuk menikah dengannya sesegera mungkin...
Kunjungan terakhirku bulan Desember 1992, aku bertiga dengan teman cewek yang juga sahabat sahabatnya.
Dengan dibonceng adik ketiganya kami diajak ke desa asalnya , di kaki gunung di sebuah desa yang namanya Bebetin.
Hari itu kami habiskan dengan tertawa tergelak2...memanen rambutan dan es teh jamur...dan ketika kutatap dalam dalam dia tidak seperti orang yang tengah menari dalam bayang bayang kematian !!
Perjalanan pulang kami berpisah di Singaraja, sebetulnya dia memintaku untuk tinggal lagi sehari, tapi karena keesokan harinya aku harus mengurus persiapan KKN jadi aku tidak bisa memenuhi permintaannya.
Lambaian tanganku dibalasnya dengan anggukan dalam dan senyuman kecil...kenangan itu hingga sekarang tak juga bisa hilang.
9 Januari 1993, bangun tidur sekitar jam setengah tujuh di kost ku aku kedatangan tamu, yang tak lain adalah Dewi, adik kandungnya...dengan berurai air mata, tanpa bersuara dia mengangguk...dan aku hanya bertanya .."kapan kejadiannya?" dia bilang "kemarin sore..."
Dewi aku suruh pulang dulu, aku akan menyusul dengan kakakku...
Satu jam berikutnya aku sudah ada di daerah Bedugul...di tepi danau menunggu hujan agak mereda dengan kondisi sudah basah kuyup oleh hujan lebat...tapi aku masih bisa menyadari ada aliran hangat di pipiku...
Dan disaat itu pula aku menyadari bahwa kepergiaannya sama dengan tanggal dan bulan kepergiaan kakakku yang pertama...8 Januari, aku hanya menyimpulkan sendiri dengan setengah menghibur diri sendiri...mungkin dia tidak ingin dilupakan karena bagiku adalah juga tidak mungkin melupakan tanggal kepergian kakakku tercinta.
Melihat jenazah terbaring beku, hatiku miris...inikah badan yang sering menolong, membantu, memperhatikan, memanjakan, membuatku menangis dan tertawa...sudah tak bersukma...sudah pergi jauh tanpa meninggalkan kata-kata...
Apalagi yang bisa kulakukan untuknya selain mengirimkan penggalan doa.
Semingu sesudahnya aku kembali ke Bebetin mengikuti pemakamannya bersama beberapa teman...tak seperti kala menyaksikan tubuhnya terbaring diam untuk pertama kalinya, malah ketika jenazah hendak diberangkatkan hatiku seperti tak bisa menerima...terasa sakit ....aku hanya bisa menangis sekeras-kerasnya....ada sesuatu yang ikut pergi dari diriku...
Beberapa tahun berlalu, aku dihubungi keluarganya untuk proses pengabenan , hanya karena aku sudah di Malang dengan status bekerja aku tidak bisa hadir...
Tapi dia selalu datang dalam setiap mimpiku...
18 tahun telah berlalu tapi itu semua seolah masih seperti kemarin, hari ini rinduku semakin menjadi ketika aku melihat wajah sang adik ( yang ke empat ) muncul di layar tv swasta Bali sedang wawancara karena sang adik saat ini sebagai ketua KPU Bali..aku seperti melihat fotocopy dari wajah sang kakak...
Aku tau dia sudah ada di nirwana, sudah tak kesakitan, sudah tenang, sudah berbahagia..tapi aku kangen...dan hari ini tambah kangen padamu De...sumpah !!!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar