Selama berabad-abad orang menyangka bahwa saat lahir, seorang bayi tidak lebih daripada semacam tabula rasa, atau kertas yang masih kosong, yang cukup 'ditulisi' orang tua dengan benar agar anak dapat tumbuh dan berkembang sempurna.
Bertolak belakang dengan anggapan itu, Jean-Jacques Rousseau percaya bahwa anak terlahir bijaksana, "mahluk liar yang mulia" , yang jika dibiarkan berkembang dengan alami akan menjadi orang dewasa yang memiliki moral dan pengetahuan.
Membaca cukup banyak buku, melihat ke sekeliling, mereka-reka kemungkinan dan mengambil kesimpulan apa yang terbaik bagi anakku....
Dan secara subtil yang muncul adalah....Oracle tidak akan pernah aku bebani dengan harus menjadi juara di kelasnya...juara apa? yang jelas juara pelajaran.
Sempat dianggap aneh dan lucu oleh beberapa teman wali murid, orang tua kok tidak menginginkan anaknya menjadi juara di kelas, ada juga yang menganggap memang Oracle nggak pinter...ya nggak papa..nggak masalah...wong ini bukan masalah untukku apalagi untuk mereka.
Seperti yang selalu dikutip suamiku 'a stupid people is a greatest man' , justru orang bodoh ( alias nggak pinter ) yang akan menjadi orang besar.
Biasanya orang bodoh pikirannya cuma satu dan nggak mikir yang macem-macem dan aneh-aneh...nggak terlalu banyak teori ( seperti jurus tangan buntungnya Pak Tung Desem Waringin ). Bahkan saking bodohnya karena nggak bisa mikir tapi pastinya mereka punya satu jurus yang mematikan...dan hanya itu yang akan membuat mereka menjadi orang besar!!!
Bagiku, pinter itu macem-macem, jadi kalau ada orang tua yang ngotot anaknya paling pinter di sekolah ya monggo, anakmu memang paling pinter kok. Tapi...pinter menurutku itu lain....jelas setiap anak nggak akan sama.
Yang satu pinter pelajaran jadi juara, yang lain pinter melukis, pinter menulis cerita, pinter main musik, pinter catur, pinter renang, pinter nyanyi...bukankah kepintaran anak ada 9 penggolongan.
Nah, dari sembilan type kepintaran anak kita menguasai beberapa hal saja ( hanya menguasai dengan baik tanpa harus menjadi juara lho..) itu saja sudah bagus menurutku.
Kalau disuruh memilih? Aku lebih senang anak CERDAS dari pada anak PINTAR
Bagiku anak pintar akan terkotak dalam suatu rumusan ya pintar pelajaran, mengingat, menghitung, meng-copy paste apa yang sudah ditulis dan diajarkan, karena kalau jawaban tidak sesuai dengan apa yang diajarkan guru atau sesuai text book adalah salah dan kalau salah semua dapat nol...mana bisa jadi juara...
Sedangkan anak cerdas adalah anak yang selalu memiliki semangat dan ambisi , imajinasi yang besar serta rasa ingin tau yang besar pula, praktek dan penelitian sehingga mereka akan punya cukup banyak jawaban, analisa untuk setiap masalah yang ada.
Anak cerdas perlu menjelajahi berbagai ide, bukan sekedar merekam informasi. Mereka akan lebih giat belajar saat menemukan unsur investigasi dalam pembelajaran.
Anak cerdas perlu menjelajahi berbagai ide, bukan sekedar merekam informasi. Mereka akan lebih giat belajar saat menemukan unsur investigasi dalam pembelajaran.
Kalau aku, berikan stimulasi yang cukup, berikan sarana dan prasarana yang maksimal, anak akan menjalaninya sesuai dengan usia dan perkembangan otak serta mentalnya.
Membuat jiwa anak menyenangkan, sehat, mandiri dalam perilakunya kan nggak gampang. Memikirkan masa depan anak adalah kompleks, kalau tidak mau dibilang rumit.
Tak seorangpun bisa memastikan anak yang selalu juara kelas akan menjadi 'kaya' kelak di kemudian hari, atau bekerja dengan gaji yang sangat tinggi atau berhasil dalam bisnis...belum pasti...ujung-ujungnya balik lagi ke anaknya.
Bukankah lebih menarik menyiapkan seorang anak dengan dasar yang kokoh agar mereka mempunyai rasa percaya diri, berani, tahan banting...sehingga lebih siap menyambut masa depannya.
Ada teman Oracle yang les-nya sampai 5 macam, sepulang sekolah langsung lanjut hingga jam 6 malam baru sampai rumah. Ujung-ujungnya papanya (yang kebagian tugas antar jemput) angkat tangan dengan aturan si mama...dengan alasan si anak dan si papa bisa mati di jalan.
Tak seorangpun bisa memastikan anak yang selalu juara kelas akan menjadi 'kaya' kelak di kemudian hari, atau bekerja dengan gaji yang sangat tinggi atau berhasil dalam bisnis...belum pasti...ujung-ujungnya balik lagi ke anaknya.
Bukankah lebih menarik menyiapkan seorang anak dengan dasar yang kokoh agar mereka mempunyai rasa percaya diri, berani, tahan banting...sehingga lebih siap menyambut masa depannya.
Ada teman Oracle yang les-nya sampai 5 macam, sepulang sekolah langsung lanjut hingga jam 6 malam baru sampai rumah. Ujung-ujungnya papanya (yang kebagian tugas antar jemput) angkat tangan dengan aturan si mama...dengan alasan si anak dan si papa bisa mati di jalan.
Barangkali aku yang terlalu ekstrem, matematika nggak dapat 100 nggak papa, karena kalau kamu kecemplung air nggak bisa matematika kamu masih bisa hidup karena bisa berenang dan nggak tenggelam, kalau nggak bisa berenang ...bahaya banget, jadi mending les berenang dulu , matematika asal nggak jeblok-jeblok amat nggak papa.
Atau nggak usah les bahasa inggris sekalian kalau nggak mau les di tempat yang menggunakan standar internasional, biar toefl-nya terdeteksi.
Walah malah nggladrah omongannya, tapi ya gitu deh...anggapanku tentang anak cerdas...jangan dianggap serius...ini hanya opini belaka..
Tidak ada komentar:
Posting Komentar