Kalau dari Jawa Timur, siapa sih yang nggak kenal sama ruak cingur?
Racikan Bu Gunadi selalu memuaskan lidahku. Warung rujak Bu Gunadi tidak jauh dari rumah ibu di Batu. Setiap pulang ke Batu selalu ada dalam list teratas khusus hunting makanan.
Kacang tanah, lombok, pisang batu yang masih muda, gula merah, garam, air asam dan terasi bercampur dengan pekatnya petis.
Makanan ini termasuk sehat karena banyak unsur 4 sehatnya, ada karbohidrat kalau makannya pakai lontong, ada sayurannya, ada protein dari tempe, tahu atau cingurnya. Dan terakhir berisi buah-buahan seperti timun, belimbing, bengkuang, nanas yang banyak mengandung vitamin.
Ketika menyaksikan bu Gunadi sedang 'beraksi' mengulek , aku sedikit tertarik melihat ( sambil menahan liur biar nggak ngiler...tes...tes...) ketika dia menakar dengan ukuran yang sama dua macam petis, yang satu hitam legam dan satunya agak kecolatan.
Rasa ingin tau tak dapat ditahan, jadi aku bertanya kenapa harus 2 macam, dan sebagai seorang 'suhu' rujak cingur yang sudah bertahun-tahun bergelut dengan rujak, beliau mengatakan : yang hitam ini petis paling enak, yang coklat nggak enak.
Oh aku berpikir dan refleks mengatakan "biar ngirit ya bu"....ternyata dia bilang "bukan mbak..., rujak itu kalau petisnya yang enak saja malah nggak enak, tapi kalau dicampur dengan yang nggak enak rasanya pasti enak..kalau petisnyayang enak saja rasanya jadi eneg..!!!
Ternyata dari sebungkus rujak kita bisa mengambil filosofinya, hidup serba "ter" atau "enak" siapa sih yang nggak mau, tapi namanya manusia kadang kita tidak bisa mengharapkan semuanya sesuai dengan apa yang kita inginkan/harapkan.
Ketika yang enak bercampur dengan yang nggak enak kita akan lebih bisa memaknai hidup...tergantung dari bagaimana cara kita menikmatinya.
Tentu saja bagaimana kita bisa merasa/menyebut diri bahagia kalau kita tak tau yang sedih itu bagaimana rasanya.
( nulis ini sambil ngiler pengen rujak....tes..tes...)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar