( Ingat Kurikulum 2013..tiba-tiba ingat bapak yang satu ini )
Judul di atas adalah 'peninggalan' almarhum Bapak Fuad Hasan padaku.
Judul di atas adalah 'peninggalan' almarhum Bapak Fuad Hasan padaku.
Bapak Menteri Pendidikan tahun 1988 kurang lebih.
Bapak yang satu ini, beberapa kali menjadi teman surat menyurat ( telepon biayanya masih mahal, belum ada email & bbm ).
Beliau sosok menteri yang sabar dan bersahaja.
Surat-suratnya selalu ditulis sendiri, tanpa bantuan asisten, bahasanya halus menenangkan. Tulisan tangan yang indah bertinta hitam pekat.
Sayangnya, undangan beliau untuk bertemu denganku belum terpenuhi hingga beliau harus meninggalkan dunia.
Berawal dari "protes" karena mengalami sesuatu yang menjengkelkan..aku berkirim surat ke beliau.
Lulus Sipenmaru dengan perjuangan ekstra karena pesan sponsor harus dapat universitas negeri yang murah biayanya , kalau nggak lolos nganggur setahun dulu nunggu kakak yang paling besar selesai kuliah.
Eh..giliran sudah lolos, daftar ulang di admin Universitas Udayana malah harus menghadap PR III...disana diperhatikan dari ujung kaki hingga kepala..disuruh berjalan dari kiri ke kanan...( apa yang salah pak??? sayangnya dulu masih culun, cuman nggondok....nggak berani gebrak meja, nggak mikir pelecehan, kalau nggak ingat ditemenin sama bapak yang sudah jauh jauh mruput datang dari Batu..sudah aku batalkan daftar ulangku ).
Itu awalnya, aku complain sama si Pak Menteri..." kalau orang-orang seperti kami nggak boleh kuliah di universitas negeri ya mestinya diumumkan dulu sebelum kami mengikuti test, jadi nggak capek-capek lagi belajar, berusaha & berdoa "
Aku juga bilang jadi PNS saja harus berbadan sehat...apa nggak lebih baik "berbadan sakit ber-otak sehat".
Beliau setuju denganku tapi aturan yang ada adalah produk lawas yang sudah kedaluarsa..jadi susah sekali merubahnya.
Dari semua pembicaraan lewat surat menyurat, termasuk saranku untuk mengurangi rokok dan kopi ( bisa-bisanya nasehati bapak menteri xixixi , dan memang benar, beliau berpulang karena kanker paru-paru stadium tiga ).
Satu yang tak akan pernah terlupakan.
Satu yang tak akan pernah terlupakan.
Di surat terakhir sebelum beliau mulai sakit dan sering keluar masuk rumah sakit, beliau menulis dengan bahasa sederhananya menyanjung dan memotivasi...
Rien : Kaulah Silver Lining itu..apa yang kau inginkan itulah dirimu yang sebenarnya...teruslah di situ dan kau akan menemukan apa yang kau cari.
Rien : Kaulah Silver Lining itu..apa yang kau inginkan itulah dirimu yang sebenarnya...teruslah di situ dan kau akan menemukan apa yang kau cari.
Terima kasih Bapak...
( Fuad Hasan, Semarang 26 Juni 1929 - Jakarta 7 Desember 2009 )
( Fuad Hasan, Semarang 26 Juni 1929 - Jakarta 7 Desember 2009 )