Menjalani pernikahan mungkin sama dengan berdansa waltz..., berpegangan erat berdua, mengayunkan langkah seirama. Mengikuti alur musik yang menyertai. Menghentakkan kaki bersama, saling pandang, tersenyum , maju mundur, bergerak ke kiri dan kanan dengan teratur.
Di saat yang lain, ternyata gerak kaki tak harus saling sejajar untuk menghasilkan gerakan cantik bak pedansa kelas dunia, salah satu mesti berlawanan arah.
Yang dibutuhkan hanya tetap bergandeng tangan, komunikasi dan saling pengertian untuk berganti menjaga atau mengantisipasi gerakan penari lawan agar tak terjatuh dan mati langkah.
Seperti halnya saat berdansa waltz, kalau pegangan terlepas , pasti salah satu akan terjatuh, jatuh yang sebenarnya. Sama juga dalam pernikahan, jika salah satunya sudah tak bisa lagi menjaga, salah mengantisipasi, atau 'terlambat mengantisipasi', atau bergerak dengan kemauannya sendiri, pastilah akan terjadi 'kejatuhan'....dan pasti sakit!!!
Banyak berlatih akan meminimalisir tingkat kesalahan, menambah komunikasi akan menambah rasa pengertian. Berpura pura dalam memainkan wajah untuk manambah nilai artistik serta membentuk karakter suatu tarian hanya layak dipertontonkan pada saat pementasan di panggung hiburan dan bukan di 'panggung rumah tangga'.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar