Waktu di rumah Malang, ketika menemani kedua orang tuaku yang opname ( Bapak : darah tinggi, usia 74 tahun & Ibu : infeksi lambung, usia 68 tahun ) , nggak sengaja aku menemukan sebuah buku kecil karya Sri Dhammananda, dan ini bagian dari tulisannya.....
" Akhir yang Damai "
Orang banyak diganggu bukan oleh kebendaan, tetapi oleh pikiran yang berhubungan dengan kebendaan. Sebagai contohnya adalah : kematian!!
Sebenarnya kematian itu sendiri bukanlah ukuran sesuatu yang luar biasa untuk ditakuti, perasaan takut mati itu bersarang dalam pikiran kita. Dan dengan ikhlas menerima semua penderitaan mungkin akan dapat membantu menghadapi semua kenyataan dan inilah yang dapat memecahkan "balon kebahagiaan" kita.
Kemelekatan pada kehidupan di atas bumi merangsang ketidakwajaran dan ketakutan akan kematian. Hal ini menyebabkan orang terlalu cemas akan kesehatannya, tak akan berani mengambil resiko sekalipun demi kebenaran. Ia hidup dalam ketakutan bahwa penyakit akan menghabisi hidupnya yang sangat kecil di sini. Dengan menyadari sepenuhnya bahwa kematian adalah sesuatu yang tak terelakkan bagi setiap mahluk yang hidup akan menyebabkan pecinta kehidupan duniawi mengharapkan dengan penuh gairah untuk meneruskan kehidupan rohnya di surga.
Tidak ada orang yang dapat berbahagia di dalam badai ketakutan dan harapan. Sulit untuk menghina dan tidak mengindahkan kenyataan ini dari naluri untuk melindungi diri.
Walaupun begitu, ada cara tertentu untuk mengatasinya. Yakni dengan melupakan keakuan dalam memberikan pelayanan terhadap orang lain, dan mengembangkan cinta kasih seseorang dari dalam ke luar. Dengan merasa senang dan asyik menolong orang lain maka kita akan melupakan ketidak sehatan kita sendiri, keterikatan akan keakuan dan harapan harapan, kebanggaan dan keadilan diri sendiri.
Semua orang menginginkan kematian yang damai setelah menyelesaikan masa hidupnya dengan kewajiban dan pertanggungjawabannya. Tetapi berapa banyakkah orang yang telah menyiapkan tanah untuk kejadian seperti itu? Berapa banyakkah orang yang tidak peduli akan kewajibannya atau mendapat kesulitan dalam memenuhi kewajiban-kewajibannya terhadap keluarga, saudara, teman, negara, bangsa dan agamanya? Jika seseorang meninggal dunia tanpa menyelesaikan kewajibannya tersebut, tentunya akan sulit bagi orang seperti itu untuk mengalami kematian yang damai.
Banyak orang yang takut pada jenazah, padahal sesungguhnya badan yang hidup jauh lebih berbahaya daripada badan yang mati. Lebih banyak orang yang dikalahkan dan ditakuti oleh badan hidup daripada oleh badan yang telah mati yang tidak lagi memiliki kesadaran.
Jika kita terpisah dari dunia ini tanpa menyelesaikan kewajiban kewajiban kita, maka kelahiran kita di dunia ini tidaklah bermanfaat, bagi diri kita sendiri maupun bagi orang lain. Jadi, laksanakanlah tugas dan kewajiban kita kemudian hadapilah kematian dengan gagah berani dan penuh kedamaian, maka pada suatu saat kita akan dapat mencapai keadaan tanpa kematian, dimana kita mendapatkan kebahagiaan yang abadi.
" Akhir yang Damai "
Orang banyak diganggu bukan oleh kebendaan, tetapi oleh pikiran yang berhubungan dengan kebendaan. Sebagai contohnya adalah : kematian!!
Sebenarnya kematian itu sendiri bukanlah ukuran sesuatu yang luar biasa untuk ditakuti, perasaan takut mati itu bersarang dalam pikiran kita. Dan dengan ikhlas menerima semua penderitaan mungkin akan dapat membantu menghadapi semua kenyataan dan inilah yang dapat memecahkan "balon kebahagiaan" kita.
Kemelekatan pada kehidupan di atas bumi merangsang ketidakwajaran dan ketakutan akan kematian. Hal ini menyebabkan orang terlalu cemas akan kesehatannya, tak akan berani mengambil resiko sekalipun demi kebenaran. Ia hidup dalam ketakutan bahwa penyakit akan menghabisi hidupnya yang sangat kecil di sini. Dengan menyadari sepenuhnya bahwa kematian adalah sesuatu yang tak terelakkan bagi setiap mahluk yang hidup akan menyebabkan pecinta kehidupan duniawi mengharapkan dengan penuh gairah untuk meneruskan kehidupan rohnya di surga.
Tidak ada orang yang dapat berbahagia di dalam badai ketakutan dan harapan. Sulit untuk menghina dan tidak mengindahkan kenyataan ini dari naluri untuk melindungi diri.
Walaupun begitu, ada cara tertentu untuk mengatasinya. Yakni dengan melupakan keakuan dalam memberikan pelayanan terhadap orang lain, dan mengembangkan cinta kasih seseorang dari dalam ke luar. Dengan merasa senang dan asyik menolong orang lain maka kita akan melupakan ketidak sehatan kita sendiri, keterikatan akan keakuan dan harapan harapan, kebanggaan dan keadilan diri sendiri.
Semua orang menginginkan kematian yang damai setelah menyelesaikan masa hidupnya dengan kewajiban dan pertanggungjawabannya. Tetapi berapa banyakkah orang yang telah menyiapkan tanah untuk kejadian seperti itu? Berapa banyakkah orang yang tidak peduli akan kewajibannya atau mendapat kesulitan dalam memenuhi kewajiban-kewajibannya terhadap keluarga, saudara, teman, negara, bangsa dan agamanya? Jika seseorang meninggal dunia tanpa menyelesaikan kewajibannya tersebut, tentunya akan sulit bagi orang seperti itu untuk mengalami kematian yang damai.
Banyak orang yang takut pada jenazah, padahal sesungguhnya badan yang hidup jauh lebih berbahaya daripada badan yang mati. Lebih banyak orang yang dikalahkan dan ditakuti oleh badan hidup daripada oleh badan yang telah mati yang tidak lagi memiliki kesadaran.
Jika kita terpisah dari dunia ini tanpa menyelesaikan kewajiban kewajiban kita, maka kelahiran kita di dunia ini tidaklah bermanfaat, bagi diri kita sendiri maupun bagi orang lain. Jadi, laksanakanlah tugas dan kewajiban kita kemudian hadapilah kematian dengan gagah berani dan penuh kedamaian, maka pada suatu saat kita akan dapat mencapai keadaan tanpa kematian, dimana kita mendapatkan kebahagiaan yang abadi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar