Tunas Daud...Tunas Daud...maklum Oracle sekolah di sana...

Rabu, 31 Juli 2013

SILVER LINING

( Ingat Kurikulum 2013..tiba-tiba ingat bapak yang satu ini )

Judul di atas adalah 'peninggalan' almarhum Bapak Fuad Hasan padaku.
Bapak Menteri Pendidikan tahun 1988 kurang lebih.

Bapak yang satu ini, beberapa kali menjadi teman surat menyurat ( telepon biayanya masih mahal, belum ada email & bbm ).
Beliau sosok menteri yang sabar dan bersahaja.
Surat-suratnya selalu ditulis sendiri, tanpa bantuan asisten, bahasanya halus menenangkan.  Tulisan tangan yang indah bertinta hitam pekat.
Sayangnya, undangan beliau untuk bertemu denganku belum terpenuhi hingga beliau harus meninggalkan dunia.

Berawal dari "protes"  karena mengalami sesuatu yang menjengkelkan..aku berkirim surat ke beliau.
Lulus Sipenmaru dengan perjuangan ekstra karena pesan sponsor harus dapat universitas negeri yang murah biayanya , kalau nggak lolos nganggur setahun dulu nunggu kakak yang paling besar selesai kuliah.

Eh..giliran sudah lolos, daftar ulang di admin Universitas Udayana malah harus menghadap PR III...disana diperhatikan dari ujung kaki hingga kepala..disuruh berjalan dari kiri ke kanan...( apa yang salah pak??? sayangnya dulu masih culun, cuman nggondok....nggak berani gebrak meja, nggak mikir pelecehan, kalau nggak ingat ditemenin sama bapak yang sudah jauh jauh mruput datang dari Batu..sudah aku batalkan daftar ulangku ).

Itu awalnya, aku complain sama si Pak Menteri..." kalau orang-orang seperti kami nggak boleh kuliah di universitas negeri ya mestinya diumumkan dulu sebelum kami mengikuti test, jadi nggak capek-capek lagi belajar, berusaha & berdoa "
Aku juga bilang jadi PNS saja harus berbadan sehat...apa nggak lebih baik "berbadan sakit ber-otak sehat".

Beliau setuju denganku tapi aturan yang ada adalah produk lawas yang sudah kedaluarsa..jadi susah sekali merubahnya. 

Dari semua pembicaraan lewat surat menyurat, termasuk saranku untuk mengurangi rokok dan kopi  ( bisa-bisanya nasehati bapak menteri xixixi , dan memang benar, beliau berpulang karena kanker paru-paru stadium tiga ).

Satu yang tak akan pernah terlupakan.
 Di surat terakhir sebelum beliau mulai sakit dan sering keluar masuk rumah sakit, beliau menulis dengan bahasa sederhananya menyanjung dan memotivasi...
Rien : Kaulah Silver Lining itu..apa yang kau inginkan itulah dirimu yang sebenarnya...teruslah di situ dan kau akan menemukan apa yang kau cari.

Terima kasih Bapak...
( Fuad Hasan, Semarang 26 Juni 1929 - Jakarta 7 Desember 2009 )


BURUNG PAK HAJI

Semangat ngomongin burung.
Dulu, waktu masih di rumah Batu, aku sempat beternak burung Kenari.
Awalnya hanya seekor, namanya Giant ( padahal burungnya kecil ), warnanya kuning dan coklat.

Dari seekor lama-lama bertambah, bertelur, menetas dan tambah banyak.
Memelihara burung butuh ketelatenan.
Sejak proses penetasan  sampai harus nyuapin bayi-bayi burung dengan kuning telur, membersihkan kandang, memberi sayuran, memandikan ( harus nungguin soalnya ada kucing tetangga ), kalau malam harus menutupi sangkar biar nggak kedinginan.Senengnya ya kalau Kenarinya sudah bisa dijual..dapat uang!!!

Di Bali, malah nggak punya piaraan, karena keterbatasan ruang dan waktu. Rumah sudah sumpek, halaman sempit. padahal sewaktu di Batu terbiasa dengan banyak hewan piaraan, anjing bisa 3, ada ikan, kura-kura, burung bisa sampai puluhan.

Untungnya di sekeliling rumah masih banyak sawah dan pohon. Tetangga paling dekat dengan rumah adalah rumah Pak Haji. Beliau punya pohon mangga tepat di depan rumah. Dari pohon inilah suara burung masih sering terdengar.

Hebatnya lagi, burung di depan rumah Pak Haji ini, disiplin banget.
Sampai-sampai aku tidak memerlukan alarm untuk me-remind biar bangun pagi.
Pasti...pasti sekali...burung di pohon mangga Pak Haji jam 5 pagi  bernyanyi.
Suaranya indah, bersahut-sahutan di keheningan pagi.
Ajaibnya lagi, suara burung lebih membangunkanku dibanding alarm jam...
Buatan Tuhan memang tidak bisa ditandingi.
Untung Pak Haji punya pohon mangga..


Senin, 29 Juli 2013

SD Tunas Daud Denpasar Series ( 3 ) : " Membedah ORACLE "

 Judulnya kok ngeri banget ya...( habis nulis, baru mikir..kemana aja bu...)
Maksudnya membedah kali ini, membedah kebiasaan Oracle dalam bidang tulis menulis, mencatat pelajaran.
Seperti biasa, kemarin sore waktu nemenin Oracle menyiapkan buku pelajaran, aku memeriksa satu persatu bukunya. Sampai  buku Bahasa Indonesia, aku tercengang.
Ampun... tulisannya nggak karuan dan nggak bisa dibaca!!!!
Sesaat mikir hebat juga ini anak 'jiwa seni-nya tinggi' ( maklum mak-nya sok seni soalnya !! menganggap yang nggak biasa adalah sesuatu yang istimewa ) , buru-buru  ingat lagi..walah ini anak baru kelas dua SD....mana bisa asal 'nyeni'.

Gara-gara tulisan yang 'aneh' itu sempat eker-ekeran ( nah lo bahasa apa lagi ini..) sama uti. Dimaklumi juga sang uti  pensiunan guru yang sudah mengajar 40 tahun !!!
Dan jamannya sekolah Belanda yang serba saklek itu. Sebetulnya aku nggak papa Oracle mau nulis angka dua misalnya dari bawah asalkan terbaca dengan jelas, versi utinya lain lagi, harus dari kepalanya dulu baru ekornya ( angka dua ala bebek kan ..)..atau angka sembilan ya kepalanya dulu baru badannya, lha si cucu badannya dulu baru kepala...xixixi
Masalahnya, tulisannya nggak kebaca !!  Gimana mau belajar, dibaca aja nggak mudeng-mudeng...

Mau nggak mau, mau ikut kurikulum lama, kurikulum baru, sekolah banjar atau sekolah bergengsi, yang harus sedikit dibenahi ya cara nulisnya, ya anaknya. 

Habis berurusan dengan anaknya ( nasehat panjang kali lebar, dikasih contoh, dirayu, disanjung, diiming-iming award, sampai bikin jadwal baru jam belajarnya ), sebagai amunisi terakhir ya cari tau ke gurunya.
Untung gurunya baik-baik...dan sabar-sabar.

Wali kelasnya Mr.Agoes Budi Yulianto, aku telepon.., aku minta tolong supaya Oracle diingatkan  ( ni anak kalau yang ngingetin gurunya...nuruttttt banget ).
Makasih ya Mister Budi atas kerja sama dan kesabarannya.

Masih juga sempat kontak sama mantan wali kelas satu, Miss.Nanin Guntoro, setahun mengawal Oracle di kelas satu dengan penuh kesabaran, sudah lebih mengenal jiwa Oracle. Oracle yang punya kebiasaan 'mengobservasi' lingkungan & teman-teman barunya....dan baru berapa minggu masuk sekolah lagi masih adaptasi dengan motorik halusnya.
Makasih Miss Nanin..
Plus-nya dapat info baru..." Oracle itu motorik kasarnya memang lebih kuat, tapi hatinya lembut sekali, kadang dia memikirkan apa yang tidak kita bayangkan.."  
Nah lo..Badan Rambo, Hati Rinto...

Tadi pagi waktu berangkat sekolah dia sudah berjanji mau menulis dengan bagus, nggak bengong-bengong lagi...biar nggak masuk Camp Konsentrasi....( hihihi..sebetulnya nggak boleh ditakutin..tapi terpaksa, itu pun cuma dikit kok....ngeles lagi..)



Rumput Tetangga Lebih Hijau

Sehebat-hebatnya manusia, pasti pernah merasa iri. Iri tanpa diembel-embeli ingin memiliki menurutku masih ada baiknya. 

Nggak jauh-jauh, ketika aku melihat tetangga yang harmonis secara 'kasat mata' ( banyak tertawa, pasangan serasi, tidak pernah mendengar mereka berantem, anak-anak yang manis, pinter-pinter, pekerjaan bagus, kondisi keuangan tampaknya juga begitu, rutin berpiknik, rumah gedongan, mobil tersedia beberapa...pokoknya sakinah waromah mawardah-lah..) ..aku jadi iri...bener..
Iri-nya??  Kok di rumahku masih terdengar teriakan-teriakan, anak menangis, kendaraan gantian, rumah bocor, kerja keras sampai lembur-lembur...kapan bisa seperti mereka..tenang, adem ayem....glek..nelen ludah !!

Rumput tetangga memang lebih hijau, sampai suatu ketika ada kabar resmi mengejutkan ketika si suami harus masuk penjara karena korupsi.
Kelanjutannya aku nggak ngerti bukan karena nggak mau tau, tapi aku memang nggak suka ngurusi masalah orang lain, mending bisa bantu apa-apa gitu..lha ini nggak bisa apa-apa kok...bantuannya paling ya, nggak nambah gossip yang beredar (karena nggak tau apa-apa), sekaligus memberi mereka space yang lebih besar untuk menenangkan diri.

Hidup dalam satu keluarga memang penuh dinamika dan tak bisa disangka-sangka. Kadang teriakan-teriakan bawel jadi sesuatu yang dirindukan, kadang dibutuhkan tangisan si kecil agar kita bisa 'berhenti sejenak' memikirkan duniawi yang nggak akan ada habisnya.
Makanan apapun yang tersedia tetap disyukuri. 

Iri yang baik akan membuat kita lebih maju dan terpacu dengan tetap berada di jalur yang benar..susah ?? Memang ...siapa bilang gampang...
Yang gampang nulisnya..menjalaninya????




  
 

Jumat, 12 Juli 2013

Hanya Ingin Kamu BAHAGIA




Ketika berkumpul dengan banyak teman,
( ibu-ibu semua ceritanya... )
Saling bertanya apa yang akan dilakukan untuk anaknya hingga kelak dewasa..
Apa yang paling diinginkan dari anaknya kelak...

Waduh..semua hebat-hebat.
Dua jempol semuanya.
Dan anak mereka memang sudah tampak hebat kok mulai sekarang.
Aku ??
Bukannya menjawab ketika giliran jawabanku ditunggu, pikiranku malah ke kanan dan ke kiri.
Saking ora mudengnya...malah nggak bisa mengeluarkan jawaban.
Plonga plongo thok wis..

Sampai rumah masih kepikiran.
Apa ya...
Semakin aku cari kok tambah nggak ketemu-ketemu ya jawaban yang dengan bahasa mirip teman-temanku tadi, 
Barangkali aku yang terlalu bodoh, karena setelah laaaammmmaaa merenung,
Yang ada di hati, perasaan, jiwaku untuk anakku , kelak , aku  : ' hanya ingin dia BAHAGIA.....'
Itu aja wis...






ANEH YA....???

Gara-gara postingan kemarin...soal jadi janda.., ada teman yang langsung sms habis baca.
'Kok bisa kamu nulis kayak gitu...buat apa memikirkan sesuatu hal terburuk yang belum tentu terjadi??'
Malah nanti bisa terjadi lho sama kita...amit..amit...ketuk meja tiga kali  ( hihihi...sorry ya... )

Normal & manusiawi,
Kalau di bikin kuis, ditanyakan ke berjuta pasangan, hal apa yang paling tidak diharapkan dari suatu perkawinan adalah perceraian.
HAMPIR tidak ada orang yang menikah menginginkan perceraian...( ada sisa sekian % yang memang hobby nya kawin cerai soalnya )

Orang dengan komitmen yang tinggi memang nggak pernah berencana, membayangkanpun sudah merasa takut.
Menjunjung tinggi komitmen, menghormati sucinya ikatan, luar biasa mencintai pasangan, tapi namanya hidup yang terus berjalan kadang sulit ditebak, dan ada kalanya yang diinginkan tidak selalu menjadi kenyataan.

Bagiku luar biasa bagi mereka yang sukses mempertahankan kehidupan perkawinan, Tuhan memberkati kalian...semoga hingga maut memisahkan.
Kalian patut bersyukur, diberikan cinta dan kasih sayang yang lengkap.
Tapi acungan jempol juga bagi mereka yang dengan gagah berani 'memisahkan diri' , berani dengan segala resiko, karena aku yakin pertimbangan mereka akan keputusan yang diambil sudah sedemikian matangnya.

Banyak yang bilang alasan ekonomi, pihak ketiga, tidak cocok lagi..atau apapun sebetulnya bisa di selesaikan tanpa harus berpisah.
Menyatukan dua pribadi dengan latar belakang, pemikiran, visi misi yang berbeda selama bertahun-tahun tidaklah mudah, apalagi jika hanya salah satu pihak yang melakukannya.
Perkawinan seperti layaknya anak sekolah, setiap hari selalu ada yang harus dipelajari dan tak akan bernah berhenti proses ini.

Sekali lagi postingan kemarin kan 'seandainya'  kita-kita yang perempuan ini tiba-tiba harus jadi janda ( cerai / mati ), siap nggak siap kan harus siap.
Daripada nggak berani mikir alias takut, mending realistis saja, sekali lagi , ini bisa terjadi pada wanita manapun, kaya , miskin, cantik , jelek...

Indah pada waktuNya, ketika Tuhan mempertemukan & mempersatukan dua orang dalam ikatan suci perkawinan, dan pasti indah pada waktuNya juga, ketika suatu perkawinan dengan terpaksa harus diakhiri dengan damai tanpa permusuhan, sakit hati & dendam.
Betapa Tuhan memberi anugerah untuk bisa bersatu dalam kebahagiaan, dan betapa indahnya juga Tuhan memberikan hati yang lapang dan ketegaran jiwa yang luar biasa untuk menerima  suatu perpisahan.

Perceraian bukanlah suatu kegagalan, jadi mereka yang memutuskan untuk mengakhiri suatu perkawinan juga harus dihormati.
Paling tidak mereka lebih terhormat karena mereka justru memikirkan masa depan anak.
Bersama dalam kehidupan kacau akan 'meng-kacau-kan' masa depan anak!! 

Nggak usah dipikir terlalu serius,
Nggak usah takut,
Jalan terus,
Maju ...Jalan...Grakkkkk !!!!







 
 

Minggu, 07 Juli 2013

WANITA HARUSNYA TAK TAKUT JADI JANDA

Apa sih yang tak mungkin terjadi di dunia ini?
Mungkin terlalu luas....
Apa sih yang tak mungkin terjadi dengan kita??

Hari ini kita sehat, besok kita sakit.
Hari ini miskin besok kita kaya dapat lotere..
Hari ini kita sedih besok kita gembira.
Hari ini kita bersuami, besok kita janda.
Semua bisa terjadi...

Ketika kita sudah berkomiten perkawinan hanya akan terjadi sekali.
Ketika kita sudah memaafkan berulang kali.
Ketika kita sudah habis-habisan mempertahankan sucinya perkawinan. 
Ketika kita sudah merasa menata perkawinan yang mulai guncang.
Ketika kita sudah merasa 'letih' sendiri..

Dan,
Tak ada upaya dari pasangan yang berarti,
Ketika pasangan merasa semua yang telah kita lakukan adalah hal yang sepele dan tak patut untuk dibesar-besarkan.

Pilihannya hanya dua. 
Pertama, jika siap, lanjutkan, terus perbaiki, bertahan dengan segala resiko.
Tabah menghadapi.
Karena kalau nggak siap, bisa-bisa dibawa ke RSJ.
Berlama-lama menangis dan dilingkupi kemarahan hanya akan menambah penderitaan.

Kedua, ambil sikap.
Kalau bukan kita yang 'menghabisi' persoalan, selamanya tak akan pernah selesai.
Dibutuhkan jiwa yang lapang dan berbesar hati.
Untuk apa semuanya dipaksakan sampai menunggu hati harus terluka lagi.

Jangan membandingkan dengan perkawinan siapapun yang tampak bahagia karena yang kita lihat hanya bungkusnya bukan isinya, juga jangan hanya melihat (yang kemudian mensyukuri) bahwa kita lebih baik dari orang orang yang perkawinannya morat marit dan hancur lebur.

Ini adalah perkawinan kita.
Jangan pedulikan aib keluarga.
Jangan peduli dengan sakit, itu hanya sementara.
Yang bombastis jangan dikait-kaitkan dengan urusan agama.

Kita yang menjalani,
Kita yang merasakan.

Yang paling kita butuhkan sebagai wanita.
Bangkitkan harga diri
Jangan mau dilecehkan atau dianggap sepele

MANDIRI yang paling penting
Tidak bergantung dengannya atau siapapun juga.
Jangan terjebak dengan situasi.
Ada banyak kewajiban yang menunggu.
Ada anak yang perlu dibimbing dan dihidupi.
Jangan disesali apa yang sudah terjadi.
Jangan berhenti.
Berpikir & bersikap optimis.
Jangan mengasihani diri sendiri.
Jangan mendendam
Bersabar
Berdoa
Legowo


Banyak istri yang mempertahankan rumah tangga dengan menangis meraung-raung setiap hari alias tidak mau dicerai...atau seorang istri yang ditinggal mati suami yang merupakan tulang punggung menangis sampai pingsan, terkadang bukan hanya karena sedih berpisah, tapi karena bingung..'besok anak dikasi makan apa???" 

Makanya kalau kita MANDIRI  ( tidak harus selalu kaya ) dan merasa yakin dengan kemampuan kita, apalagi yang perlu kita khawatirkan.
Tanggung jawab membesarkan anak, membimbing supaya tidak mengalami kejadian seperti kita adalah hal yang TAK BISA DITUNDA !!!!

  




















DANCING WALTZ

Menjalani pernikahan mungkin sama dengan berdansa waltz..., berpegangan erat berdua, mengayunkan langkah seirama. Mengikuti alur musik yang menyertai. Menghentakkan kaki bersama, saling pandang, tersenyum , maju mundur, bergerak ke kiri dan kanan dengan teratur.

Di saat yang lain, ternyata gerak kaki tak harus saling sejajar untuk menghasilkan gerakan  cantik bak pedansa kelas dunia, salah satu mesti berlawanan arah. 
Yang dibutuhkan hanya tetap bergandeng tangan, komunikasi dan saling pengertian untuk berganti menjaga atau mengantisipasi gerakan penari lawan agar tak terjatuh dan mati langkah.

Seperti halnya saat berdansa waltz, kalau pegangan terlepas , pasti salah satu akan terjatuh, jatuh yang sebenarnya. Sama juga dalam pernikahan, jika  salah satunya sudah tak bisa lagi menjaga, salah mengantisipasi, atau 'terlambat mengantisipasi', atau bergerak dengan kemauannya sendiri, pastilah akan terjadi 'kejatuhan'....dan pasti sakit!!!

Banyak berlatih akan meminimalisir tingkat kesalahan,  menambah komunikasi akan menambah rasa pengertian. Berpura pura dalam memainkan wajah untuk manambah nilai artistik serta membentuk karakter suatu tarian hanya layak dipertontonkan pada saat pementasan di panggung hiburan dan bukan di 'panggung rumah tangga'. 



 



Rabu, 20 Februari 2013

Balada KOMANG dan KETUT

Di dalam tradisi Bali, kelahiran anak selalu ditandai dengan pemilihan nama yang terbaik  setelah melalui perenungan,  doa beserta banten dan atas ijin leluhur....itu nama belakangnya. Nama depannya jelas sudah tertanda sejak si jabang bayi belum nongol ke dunia. 

Memutuskan nama saja sudah ada ritual doa dan persembahannya. Pacar keponakanku dari Karangasem bercerita tentang adat di tempatnya.
Begitu si bayi nongol nggak langsung dapat nama kecuali nama depannya sesuai nomor urut kelahiran ( kayak coblosan pemilu ya...hehehe...).

Pada hitungan hari baik si bayi  atau biasanya sesudah tali pusatnya lepas, dengan dipimpin seorang pendeta, masing masing anggota keluarga yng dituakan akan menyumbang/boleh menyumbang sebuah nama. Kemudian masing-masing nama ini akan digulung dan diselipkan pada sebatang dupa. Sang pendeta pun berdoa kemudian menyalakan keseluruhan dupa. Dan dupa yang terakhir habislah yang akan disandang sang bayi,konon nama inilah yang disetujui oleh leluhur...unik kan?

Kalau anak pertama pasti ya kalau nggak Putu, Wayan atau Gede, anak kedua Kadek atau Made, anak ketiga Nyoman atau Komang dan anak ke empat si Ketut. Kalau anaknya lebih dari empat, urutannya akan kembali mulai Putu lagi dst...dst...
Bagusnya nama ini hanya ada di Bali, jadi mau ke seantero jagat kalau pas kenalan menyebut nama-nama depan tadi bisa dipastikan orang non Bali yang lahir di Bali atau terlahir sebagai  asli keluarga dan leluhur Bali.

Yang jadi masalah adalah, dengan keberhasilan program nasional Keluarga Berencana Nasional yang menyarankan untuk memiliki anak dua saja, laki-laki atau perempuan sama saja, kelahiran  bayi-bayi di Bali menjadi berkurang...
Apalagi dengan semakin terasa sulitnya ekonomi, sulitnya mencari uang dan pekerjaan yang layak, biaya hidup  yang tinggi, berpikir lebih jauh lagi, biaya pendidikan yang luar biasa, biaya medis yang setinggi langit.

Orangpun lebih berpikir untuk mempunyai anggota keluarga yang lebih kecil. Kalaupun ada yang memiliki banyak anak atau nambah terus adalah mereka yang masih merasa mempunyai tanggung jawab meneruskan keturunan alias harus punya anak laki-laki untuk mewarisi nama keluarga, urusan sanggah dan tradisi serta keterikatan keluarga terhadap leluhurnya.

Jadi ya bisa dibayangkan, dalam sekian tahun mendatang, akan semakin langka si Komang dan si Ketut...tidak ada lagi anak ke-tiga dan ke-empat.
Tradisi yang tergerus pemikiran modern?? 



Filosofi RUJAK CINGUR

Kalau dari  Jawa Timur, siapa sih yang nggak kenal sama ruak cingur?

Racikan Bu Gunadi selalu memuaskan lidahku. Warung rujak Bu Gunadi tidak jauh dari rumah ibu di Batu. Setiap pulang ke Batu selalu ada dalam list teratas khusus hunting makanan.
Kacang tanah, lombok, pisang batu yang masih muda, gula merah, garam, air asam dan terasi bercampur dengan pekatnya petis.
 
Makanan ini termasuk sehat karena banyak unsur 4 sehatnya, ada karbohidrat kalau makannya pakai lontong, ada sayurannya, ada protein dari tempe, tahu atau cingurnya. Dan terakhir berisi buah-buahan seperti timun, belimbing, bengkuang, nanas yang banyak mengandung  vitamin.
 
Ketika menyaksikan bu Gunadi sedang 'beraksi' mengulek , aku sedikit tertarik melihat ( sambil menahan liur biar nggak ngiler...tes...tes...) ketika dia menakar dengan ukuran yang sama dua macam petis, yang satu hitam legam dan satunya agak kecolatan.

Rasa ingin tau tak dapat ditahan, jadi aku bertanya kenapa harus 2 macam, dan sebagai seorang 'suhu' rujak cingur yang sudah bertahun-tahun bergelut dengan rujak, beliau mengatakan : yang hitam ini petis paling enak, yang coklat nggak enak.
Oh aku berpikir dan refleks mengatakan "biar ngirit ya bu"....ternyata dia bilang "bukan mbak..., rujak itu kalau petisnya yang enak saja malah nggak enak, tapi kalau dicampur dengan yang nggak enak rasanya pasti enak..kalau petisnyayang enak saja rasanya jadi eneg..!!!

Ternyata dari sebungkus rujak kita bisa mengambil filosofinya, hidup serba "ter" atau "enak" siapa sih yang nggak mau, tapi namanya manusia kadang kita tidak bisa mengharapkan semuanya sesuai dengan apa yang kita inginkan/harapkan.
Ketika yang enak bercampur dengan yang nggak enak kita akan lebih bisa memaknai hidup...tergantung dari bagaimana cara kita menikmatinya. 
 
Tentu saja bagaimana kita bisa merasa/menyebut diri bahagia kalau kita tak tau yang sedih itu bagaimana rasanya.

( nulis ini sambil ngiler pengen rujak....tes..tes...)