Tunas Daud...Tunas Daud...maklum Oracle sekolah di sana...

Selasa, 25 Mei 2010

Berdamai Dengan Hati

Apa yang sebenarnya kusebut dengan masalah itu?
Bagiku masalah adalah ketika apa yang terjadi atau datang padaku ternyata tidak sesuai dengan apa yang kupikirkan, apa yang kuinginkan bahkan mungkin apa yang kubayangkan.
Ketika masalah datang dan aku lebih banyak merasa tidak siap dengan keadaan serta kondisi atas apa yang terjadi, apalagi jika masalah yang datang benar benar jauh di luar apa yang kubayangkan, dengan kata lain tidak ada 'persiapan' atas masalah ini. Tak ada prepare dengan menjaga hati dan mental apalagi solusi yang harus aku ambil.

Aku pernah mengalami 'masalah' yang benar benar aku anggap masalah ( sebelumnya dalam hidupku yang sok cuek ini..tanpa bermaksud meremehkan semua hal, masalah yang datang kupandang bukan sebagai sesuatu yang serius ) lama aku terpuruk dalam keadaan trauma dan schok berkepanjangan. Hidupku yang semula teratur menjadi berantakan, yang akhirnya berpengaruh pada kehidupan orang orang di sekelilingku. Awalnya hanya rasa tak sanggup melupakan dan menerima situasi yang bagiku teramat berat.

Bingung bertumpuk di dalam pikiran, aku justru mengusahakan banyak proses dengan melibatkan psikolog, rohaniawan bahkan ahli meditasi.
Beragam cara dan metode 'hanya untuk melupakan' tetapi nyatanya hati dan jiwaku belum bisa menerima 'masalah' ini.

Seorang sahabat, dengan tak banyak kata ( aslinya memang ngirit ngomong ) setiap berkomunikasi denganku hanya berpesan 'sabar...sabar..dan sabar..'
Dan syukur, dengan satu kata ini aku mulai bisa dengan tenang memikirkan segala langkah ke depan..pelan tapi pasti!!
Saat amarah dan kesedihan tiba tiba muncul, aku selalu berusaha sabar dan tenang. Aku tinggalkan semua metode teoritis , aku kembalikan kepada hatiku sendiri.
Dan semakin lama (aku sadar semua juga butuh waktu ) aku yakin dengan berbekal IKHLAS, PASRAH dan SABAR ...jiwaku akan bisa berdamai dengan hatiku.

Jumat, 21 Mei 2010

Ternyata Semua Orang Punya Masalah

Hari ini cuaca Pulau Bali yang biasanya panas menyengat tengah berpihak pada para petani, musim sepertinya sudah tidak dapat diprediksi lagi..dengan mendung yang tebal menghitam, Bali tengah diguyur hujan lebat. Dari sore hingga menjelang malam hujan tak juga berhenti bahkan sesekali diselingi dengan cahaya kilat dari arah Tanah Lot.

Menyendiri dalam dingin di teras depan rumah ditemani secangkir kopi hangat, duduk diam sendiri, membuat otakku bekerja sendiri. Mengingat segala masalah dan kejadian yang telah terjadi, yang ada hanya gambar gambar hitam dan menyedihkan. Ada yang telah usai tapi masih ada yang harus kulalui dan kucari jalan keluarnya. Sesaat merasa hanya diriku yang ditimpa masalah dan kemalangan ini.

Kemudian teringat akan sanak saudara , yang di Bojonegoro baru saja mengalami kecelakaan, ada yang sakit tapi tak mampu berobat ke rumah sakit karena kekurangan biaya. Yang di Jakarta kebingungan mencari biaya untuk kuliah anaknya, juga ada seorang ayah yang tak begitu diurusi anak anaknya.

Lantas giliran wajah sahabat dan teman dekatku yang silih berganti datang, yang pada kesempatan berbeda hadir dengan cerita dan kebingungan yang berbeda pula. Ada yang ribut karena alasan ekonomi, ada yang merasa gagal merantau, seorang istri yang tengah selingkuh dengan alasan puber kedua, seorang istri yang tidak tahan dengan sikap temperamen suaminya, ada seorang suami yang dituduh selingkuh, ada juga seorang suami yang mati matian bersabar mempertahankan rumah tangganya saat istrinya memohon perpisahan, ada sebuah rumah tangga yang dikhianati orang terdekatnya, ada teman yang merasa sia sia di umur yang sudah kepala 4 merasa belum 'laku-laku', juga ada suatu keluarga yang tiap hari diisi dengan keributan karena saling curiga...

Lihat sekeliling ( benar-benar nyata di sekelilingku ), ada seorang pemuda yang setiap hari duduk menunggu panggilan dari lamaran kerja, seorang gadis dengan perut membuncit menunggu dinikahi sang kekasih, seorang gadis kecil nan cantik duduk manis di atas kursi roda tanpa bisa berbuat apa apa, sepasang suami istri yang telah bertahun tahun menunggu kehadiran seorang anak, seorang janda yang harus bekerja keras jualan nasi kuning untuk menghidupi anak anaknya, dua tetangga yang berkelahi dengan alasan kenakalan anak anak mereka, seorang istri Bali yang takut menghadapi kelahiran putrinya karena sang suami menuntut seorang bayi laki laki sebagai penerus marganya...

Masalah ada dimana mana, dan kini semakin kupahami, bukan hanya aku yang bermasalah, tidak hanya keluargaku yang bermasalah, ternyata semua orang dan tiap keluarga punya masalah dengan tidak melihat seberapa besar atau kecilnya masalah itu. Sekarang tergantung bagaimana kita menyikapi setiap masalah yang silih berganti datang dalam kehidupan kita, mencari solusi terbaik dan menambah kesadaran bahwa selama kita hidup masalah tetap akan ada, karena semua itu adalah bagian dan tanda bahwa kita hidup.

Senin, 17 Mei 2010

Nama : Amadeo Oracle


Awalnya karena pengalaman kesulitan mengisi data data pada formulir akibat nama yang tidak boleh disingkat tapi kolomnya terlalu sedikit, aku berpikir dan bertekad untuk memberi nama yang cukup singkat untuk anakku...kesepakatannya..tak lebih dari dua suku kata!!

Nama : Amadeo Oracle

Amadeo, diambil dari Amadeus Mozart seorang seniman musik klasik. Pengennya si Ekel nanti besarnya bisa main musik...minimal dia senang akan musik. Apalagi semasa hamil Ekel sepanjang harinya selalu diisi dengan mendengarkan musik klasik...nama ini sekaligus sebagai nama baptis.

Oracle, nama ini muncul pada hari hari terakhir sebelum kelahirannya, awalnya aku menyiapkan nama lain, tapi karena pada suatu malam ada mimpi yang datang dan mengatakan untuk menamai bayi yang akan lahir ini dengan nama Oracle.
Paginya begitu bangun tidur yang ada langsung mengambil kamus , dan ternyata arti dari " Oracle " ( menurut kamus ) adalah : sabda dewa, ramalan, jawaban yang sangat bijaksana, orang bijaksana, peramal.

Katanya apalah arti sebuah nama...tapi apapun itu, apapun nantinya..dia tetap akan menjadi Amadeo Oracle , seorang anak yang aku harapkan mampu mandiri dan berguna minimal untuk dirinya sendiri....

Minggu, 16 Mei 2010

Indah Pada Waktunya

Tahun kelima setelah menikah tahun 2000, aku belum mengalami tanda tanda kehamilan. Awalnya ini tidak menjadi suatu beban, selain keponakan yang sudah sampai ke angka kesebelasan, aku sendiri merasa masih menyenangkan untuk melakukan segala aktifitas berdua.

Pertimbangan masih hidup seadanya dan berusaha mencukupi kebutuhan yang hanya "berdua" di tanah rantau juga menjadi alasan.
Sesungguhnya aku tidak merencanakan untuk tidak hamil tetapi juga merencanakan untuk tidak segera hamil...semuanya alami.
Berpindah dari rumah kontrakan ke tempat kost yang hanya satu kamar, dapur yang terpisah jauh, kamar mandi yang kurang memadai, suami
'kerja' ikut orang, gaji yang harus diatur njlimet, cicilan sepeda motor, kebutuhan setiap hari cukup tinggi....

Dalam doa setiap malam penutup hariku aku selalu berdoa, Tuhan pasti lebih tau kapan saatnya aku akan hamil dan mempunyai seorang bayi.
Keyakinanku setinggi langit, nanti di saat aku lebih punya waktu, punya uang, punya kesempatan pasti Dia akan mengirimkannya untukku.

Akhir 2004, kehidupan kami mulai membaik, bisa menempati rumah kontrakan yang lebih besar daripada kamar kost, sudah bisa berbisnis furniture sendiri sekalipun belum besar, suami tidak lagi bekerja di 'orang Itali yang super pelit' , aku jauh lebih sehat dan lebih siap, punya sedikit tabungan serta kendaraan biar bayinya nanti tidak kehujanan...

Maret 2005, bersama dengan seorang rekan yang kebetulan juga sudah beberapa tahun belum hamil juga , aku mengikuti pengobatan alternatif tusuk jari dari seorang sinshe cina yang letaknya tidak jauh dari rumahku.
Pijatnya hanya di kedua kaki bagian bawah yang katanya tempat simpul simpul syaraf, itupun hanya kurang lebih 5 menit , hanya saja yang antri....luar biasa banyaknya, kita harus bersabar bahkan sering aku kebagian dipijat jam setengah dua belas malam.
Dalam seminggu aku dan suamiku pijat dua kali... (sebelum hamil pemijatan harus dilakukan suami & istri, karena belum tentu yang mengalami 'kelainan' si istri, begitu pesan si sinshe).

Niat, usaha dan doa berjalan seiring sejalan dan akhirnya segalanya terjawab, bulan Mei 2005 minggu kedua aku dinyatakan positif hamil, temanku juga positif hamil ( bahkan kini anaknya sudah 3 orang...mmhh....niat!!. ).
Pijat aku teruskan, dan tetap seminggu dua kali, sebelum hamil, selama hamil 9 bulan hingga besok paginya aku dioperasi caesar.
Dokter kandungan dan pemijatan sinshe tetap aku gabungkan, vitamin dari dokter dan pemeliharaan kesehatan dari sinshe.

Pemijatan itu memang benar benar bermanfaat (seperti dirasakan ibu ibu lain yang mengikuti pijat ini) , selama aku hamil tidak pernah pusing, muntah, mual, malas, tekanan darah stabil, posisi bayi tidak pernah turun, gerakan bayi sehat, air ketuban bening bukti bayi tidak stress.
Dan bukti yang lain adalah dokter mengatakan sesaat bayiku lahir bahwa ari ari bayiku sebagai persediaan makanan bayiku sangat besar seperti piring makan ukuran besar ( sampai tidak muat gendok tanah liat yang disediakan rumah sakit ) , masih ditambah dengan warnanya yang merah muda tanpa terlihat darah merah tua seperti darah mati...

Ekel sekarang sudah lima tahun, dan apa yang pernah diucapkan sinshenya ada benarnya, bahwa anak ini nanti akan menjadi anak yang fisiknya kuat, dengan tulang tulang yang juga kuat, anak yang sehat dan anak yang pandai.
Alasan dia mengatakan ini adalah dari awal kehamilan si bayi sudah mendapat asupan gizi yang cukup, bahkan dengan bukti ari-ari yang bagus dan besar berarti si bayi tidak sampai kekurangan makanan.

Benar atau tidaknya yang penting Ekel memang benar-benar sehat luar dalam, sebelum kehamilan semuanya sudah direncanakan, setelah kelahiran apalagi, dia mendapat dokter kandungan yang terbaik, sinshe yang hebat, dokter anak yang terkenal, melahirkan di rumah sakit dan kelas yang mewah, imunisasi komplit, susu yang baik, perhatian yang luar biasa...semuanya bisa kami sediakan karena memang Tuhan menepati janji untuk mengabulkan doaku untuk mengirimkannya jika memang benar-benar siap...memang pada waktu yang telah dijanjikanNya...

Mudah-mudahan perjalanan hidup Ekel juga selalu lancar seperti yang coba ditunjukkan ketika suamiku membawa ari-arinya untuk ditanam di rumah, perjalanan dari rumah sakit menuju rumah selama kurang lebih 20 menit, dan melewati 7 traffic light dengan tanpa diatur kecepatan mobilnya , tidak sampai berhenti sedetikpun....amien.

Sabtu, 15 Mei 2010

Akhir yang Damai...........

( Bersama Bapak & Ibu....ketika mereka masih sehat )


Waktu di rumah Malang, ketika menemani kedua orang tuaku yang opname ( Bapak : darah tinggi, usia 74 tahun & Ibu : infeksi lambung, usia 68 tahun ) , nggak sengaja aku menemukan sebuah buku kecil karya Sri Dhammananda, dan ini bagian dari tulisannya.....

" Akhir yang Damai "

Orang banyak diganggu bukan oleh kebendaan, tetapi oleh pikiran yang berhubungan dengan kebendaan. Sebagai contohnya adalah : kematian!!

Sebenarnya kematian itu sendiri bukanlah ukuran sesuatu yang luar biasa untuk ditakuti, perasaan takut mati itu bersarang dalam pikiran kita. Dan dengan ikhlas menerima semua penderitaan mungkin akan dapat membantu menghadapi semua kenyataan dan inilah yang dapat memecahkan "balon kebahagiaan" kita.

Kemelekatan pada kehidupan di atas bumi merangsang ketidakwajaran dan ketakutan akan kematian. Hal ini menyebabkan orang terlalu cemas akan kesehatannya, tak akan berani mengambil resiko sekalipun demi kebenaran. Ia hidup dalam ketakutan bahwa penyakit akan menghabisi hidupnya yang sangat kecil di sini. Dengan menyadari sepenuhnya bahwa kematian adalah sesuatu yang tak terelakkan bagi setiap mahluk yang hidup akan menyebabkan pecinta kehidupan duniawi mengharapkan dengan penuh gairah untuk meneruskan kehidupan rohnya di surga.

Tidak ada orang yang dapat berbahagia di dalam badai ketakutan dan harapan. Sulit untuk menghina dan tidak mengindahkan kenyataan ini dari naluri untuk melindungi diri.

Walaupun begitu, ada cara tertentu untuk mengatasinya. Yakni dengan melupakan keakuan dalam memberikan pelayanan terhadap orang lain, dan mengembangkan cinta kasih seseorang dari dalam ke luar. Dengan merasa senang dan asyik menolong orang lain maka kita akan melupakan ketidak sehatan kita sendiri, keterikatan akan keakuan dan harapan harapan, kebanggaan dan keadilan diri sendiri.

Semua orang menginginkan kematian yang damai setelah menyelesaikan masa hidupnya dengan kewajiban dan pertanggungjawabannya. Tetapi berapa banyakkah orang yang telah menyiapkan tanah untuk kejadian seperti itu? Berapa banyakkah orang yang tidak peduli akan kewajibannya atau mendapat kesulitan dalam memenuhi kewajiban-kewajibannya terhadap keluarga, saudara, teman, negara, bangsa dan agamanya? Jika seseorang meninggal dunia tanpa menyelesaikan kewajibannya tersebut, tentunya akan sulit bagi orang seperti itu untuk mengalami kematian yang damai.

Banyak orang yang takut pada jenazah, padahal sesungguhnya badan yang hidup jauh lebih berbahaya daripada badan yang mati. Lebih banyak orang yang dikalahkan dan ditakuti oleh badan hidup daripada oleh badan yang telah mati yang tidak lagi memiliki kesadaran.

Jika kita terpisah dari dunia ini tanpa menyelesaikan kewajiban kewajiban kita, maka kelahiran kita di dunia ini tidaklah bermanfaat, bagi diri kita sendiri maupun bagi orang lain. Jadi, laksanakanlah tugas dan kewajiban kita kemudian hadapilah kematian dengan gagah berani dan penuh kedamaian, maka pada suatu saat kita akan dapat mencapai keadaan tanpa kematian, dimana kita mendapatkan kebahagiaan yang abadi.

Nge-blog lagi............


Masalah yang datang dan pergi ikut mempengaruhi kegiatan nulis di blog lagi...sempat pulang ke Batu ( Malang ) karena bapak & ibu sakit. Saking banyaknya masalah sempat nggak Percaya Diri dan diliputi kecemasan berkepanjangan......

Ternyata :
Rahasia sebuah kebahagiaan adalah apa yang patut untuk dilakukan sekarang, bukan memikirkan dan mengkhawatirkan apa yang telah lalu dan yang akan datang.

Nyatanya :
Kita tidak dapat kembali ke masa silam dan mengubahnya, pun kita juga tidak dapat mendahului segala sesuatu yang akan terjadi di masa yang akan datang. Namun ada suatu saat yang dapat kita kendalikan dengan penuh kesadaran yakni masa sekarang.

Mengapa banyak orang yang mencemaskan ketika memikirkan masa depannya? Karena sesungguhnya apabila kita telah bisa belajar untuk mengendalikan diri sesuai dengan kehidupan kita sehari hari, maka sebenarnya tidak ada alasan untuk merasa cemas. Apapun angan, impian, keinginan dan cita cita yang hidup dalam pikiran haruslah tetap untuk diingat bahwa kita hidup dalam dunia yang selalu berubah!!

Dan bagiku menulis bisa menjadi sarana mengeluarkan semua kegelisahan, pikiran, harapan dan apa yang ada di otakku agar aku tak lagi mengatakan : terlalu banyak obsesi, dalam otakku terlalu sering kuingkari hatiku yang....dalam sekali...

Berarti sekarang...waktunya nge-blog lagi................


Mengenang Waktu Kuliah Kerja Nyata...

( Bersama beberapa teman di posko KKN )

Termotivasi keinginan cepat lulus karena faktor biaya, akhirnya sampai juga pada kesempatan mengambil program Kuliah Kerja Nyata di semester delapan, sekalian penelitian untuk skripsi.

Awalnya sedikit ngeri, karena bagaimanapun juga selama aku di Bali sudah beberapa tahun hanya mengenal Bali di perkotaannya saja, seperti Denpasar tempat aku tinggal, kalaupun beberapa kali ke kabupaten lain itupun hanya di ibu kota kabupatennya saja yang nota bene wilayah yang paling rame daan 'meriah' dari suatu tempat.
Apalagi pengalaman Mas Bambang (kakak lelakiku) yang lebih dulu ber KKN ria semester sebelumnya yang mendapat tempat di wilayah Tabanan, sebuah kabupaten yang perekonomiannya bersandar pada pertanian...jadi ya tinggal nya di suatu desa di bawah kaki gunung Batukaru, jauh dari Denpasar, dingin, jalannya berkelok kelok dan licin..yang ada hanya sawah-sawah bahkan waktu itu mandinya di sungai...bukannya apa apa sih, cuman dengan kondisi fisik yang aku miliki aku sempat ragu juga..mampu nggak ya?

Ada penawaran dari seorang rekan yaang punya koneksi 'orang dalam' untuk meminta ditempatkan di lokasi tertentu dengan catatan nilai yang keluar nantinya tidak akan bisa maksimal. Lama aku berpikir tentang hal ini. Orang-orang terdekatku semua menganjurkan untuk mengambil kesempatan ini, tempat bisa memilih dalam artian masih dekat dengan Denpasar dan lokasi yang tidak terlalu sulit untuk dijangkau (waktu itu dianjurkan memilih Kabupaten Tabanan daripada Kabupaten Karangasem atau Bangli yang gersang dan jauh). Maklum dari dulu sampai sekarang kalau kita bicara tentang Kuliah Kerja Nyata ya kembali ke masyarakat. Kita membantu segala macam yang diperlukan di sana, dari sosialisasi, jadi juru penerangan, tenaga bahkan terkadang juga dana.

Last minute, akhirnya aku putuskan tidak mengambil pilihan itu, aku lebih memilih berdoa dan kemudian menyerahkan segala sesuatunya kepadaNya. Aku lebih nyaman dan merasa tenang dengan menyerahkan sepenuhnya hidupku padaNya...istilahnya pasrah total dalam doa....

Percaya nggak apa yang terjadi? Tuhan benar-benar menunjukkan kuasaNya dan mendengar doaku yang sudah menyerahkan segalanya. Papan pengumuman mencantumkan namaku bersama 9 orang dari fakultas yang berbeda, dengan lokasi penempatan di Kelurahan Kuta, Kecamatan Kuta.....ya...aku ditempatkan di kota internasional....

Namanya saja KKN di kota internasional, lurahnya modern banget, kita ditempatkan di 2 cottages ( pisah antara putra/putri), dengan layanan service 24 hours baik itu makanan, minuman,full ac, laundry, delivery service..semuanya..
Pekerjaan pun nggak banyak, hanya membantu membereska administrasi dan papan tulisan karena akan ada lomba desa. Mencari sponsor untuk membuat taman kecil di beberapa tempat serta tong sampahnya. Selain itu 'pekerjaan kita' mengikuti acaranya Pak Lurah yang sering keliling ngontrol keamanan dan situasi kawasan Kuta. Dari restoran, hotel, pantai bahkan diskotik atau pub, alhasil 2 bulan di Kuta aku terkena batuk berat.

Sebelum kembali ke kampus, dengan senang hati Pak Lurah memberikan nilai A sama kita-kita..wah komplit sudah semuanya. Yang jelas pulang dapat tabungan, pengalaman, teman, kenalan, nilai A dan penambahan berat badan.
Dan kini aku selalu merasa lebih baik menyerahkan semuanya kepada Tuhan...semuanya tanpa titik, koma..apalagi tanda tanya..











Males Jadi PNS..Males Kerja di Orang....( Maunya Apa Lho? )

Terlahir dari Bapak dan Ibu yang pegawai negeri , setiap hari melihat rutinitas dan terbiasa dengan kebiasaan mereka. Menjalani hari demi hari dengan totalitas dan penuh kesabaran. Mulai jam setengah tujuh pagi sampai jam 5 sore. Pulang ke rumah mereka tampak dalam keadaan lelah dan tak bertenaga lagi, mana pekerjaan di rumah masih menumpuk.

Sekarang sudah hampir 10 tahun mereka berdua menjalani masa pensiun, katanya masa istirahat, karena tidak bekerja tapi tetap digaji. Ini adalah bentuk reward dari pemerintah setelah hampir 40 tahunan mereka bekerja tanpa henti ( bagiku ini namanya pengabdian ) dan dengan pendapatan "dimasanya" yang terbilang tidak terlalu besar.

Melihat mereka sekarang dalam status 'pensiunan' memang menenangkan, mereka mampu mencukupi kebutuhan mereka dan mempunyai tabungan sendiri, mereka mempunyai asuransi kesehatan apabila sakit..(bukan berati aku sebagai anak lepas tangan jika mereka dalam 'kesulitan' ,apapun itu bentuknya, seberapa besar atau kecil bentuk ataupun nominalnya).Tapi mengingat perjuangan yang harus dilalui sebelum masa pensiun atau masa mereka berdinas , aku tidak merasa sanggup menjalaninya bahkan membayangkannya pun tidak. Aku bukan tipe yang suka dengan rutinitas. Aku lebih suka dengan tantangan dari pada sesuatu yang serba monoton.

Lagi pula, di negeriku ini, 'kaumku' tidak mendapat tempat sebagai PNS karena di setiap persyaratan yang dikeluarkan hanya untuk 'orang yang berbadan sehat' . Padahal menurutku yang jauh lebih diperlukan adalah 'orang berotak sehat'.
Jadi ya lebih baguslah aku tidak boleh jadi PNS oleh bangsaku, disarankan untuk tidak jadi PNS oleh orang tuaku dan aku juga tidak berminat menjadi PNS...klop sudah.

Semester akhir waktu kuliah, sempat magang sesuai bidang keilmuan, setelah lulus sempat bekerja masih di bidang yang sama..ternyata nggak betah. Sempat pulang, bekerja Malang di sebuah kantor pengembang perumahan....lanjut di Surabaya ( satu owner ), di salah satu kantor supplier sebagai pembelian import...lumayan...
Lama lama bosen juga, kerja jadi nggak bersemangat...ya itu tadi nine to five..monoton !!!

Diskusi sama orang tua...pertanyaan mereka adalah : lha kamu mau kerja apa ??? Jadi PNS nggak mau..kerja di orang nggak mau juga...lha terus piye...???

[ Mode : bingung !!! ]

Menjadi Sarjana....( Haruskah ?? )

( Udayana, tahun 1993 )


Waktu masih kecil aku sering ditanya, pengen jadi apa kelak besar nanti? Sama ketika mengisi buku kenangan pada masa-masa Sekolah Dasar menjelang perpisahan..jawabanku tidak berubah : jadi sarjana hukum.
Keinginan ini kupegang begitu kuat hingga saat penjurusan di SMA, aku lebih memilih jurusan sosial ( lagian aku nyadar nggak bisa matematika...he..he.. ).
Begitu lulus dari SMA , aku dengan pastinya memilih fakultas hukum, karena pengen mandiri aku memilih hijrah ke Bali, dan Tuhan pun berkehendak atas doaku..jadilah aku anak Batu yang pindah ke Bali.

Diterima di universitas negeri sedikit melegakan orang tuaku, mengingat kedua kakakku juga sedang banyak banyaknya biaya di perguruan tinggi.
Universitas Udayana saat registrasi ulang , aku masih di uji lagi, saat pemeriksaan kesehatan aku diberikan catatan, besok mesti kembali lagi tapi langsung menghadap ke Pembantu Rektor III ( bidang kemahasiswaan ).
Semalaman bertanya tanya kenapa , ada apa, paginya akhirnya terjawab, ditemani bapak yang pagi harinya sudah datang dari Malang..ternyata karena kondisi fisikku aku 'diragukan' untuk mampu melanjutkan kuliahku...aku disuruh berjalan di depan 'beliau' ( yang bagiku merupakan ujian kesabaranku besar besaran), dan akhirnya beliau mengijinkan, tetapi aku sendiri tidak tau atas dasar apa beliau mengijinkan aku untuk tetap lanjut, aku memang mampu atau karena kasihan.
Tapi aku sempat membela diri, kalau memang orang dengan kondisi seperti aku nantinya tidak diijinkan masuk atau diterima mending pada saat pendaftaran sipenmaru di buku panduannya di tulis, "tidak diijinkan bagi orang cacat", jangan kita sudah berusaha tinggal cari ilmunya saja dipersulit.
Bukannya aku dibiarkan mencari ilmu sebanyak banyaknya dengan caraku sendiri malah ini kesannya seperti dipersulit.

Berbarengan dengan aku menghadap 'anak anak bermasalah' lain, seperti seorang teman yang tingginya kurang 1 cm tidak diterima di fakultaas keguruan, juga ada seorang anak buta warna tidak diijinkan untuk masuk di fakultas sastra ( apa hubungannya ya..kalau buta warna sama sastra?...seperti aku mungkin kalau aku di fakultas tehnik atau fakultas yang membutuhkan fisik lebih kuat aku bisa ngerti kalau ditolak dan dari awal pun aku nggak akan gila untuk memilih jurusan yang aku sendiri nggak akan mampu....aneh!!! )

Dengan penuh semangat dan kerja keras akhirnya bisa juga aku lulus berbarengan dengan Mas Bambang ( fakultas pertanian ) yang dua tahun di atasku.
Keinginan melanjutkan menjadi notaris terganjal faktor biaya dan kesempatan. Sempat magang tapi sering terbentur oleh perasaan, jadi pembela membela yang salah..wah kok jadi repot ya...magang di notaris boss aja yang tambah kaya...

Setelah sekian lama, bertemu kembali dengan rekan rekan se angkatan ternyata banyak juga yang bekerja tidak sesuai di bidang ranah hukum seperti aku.
Dan semakin aku pikir dan telaah, berbicara dengan banyak orang, aku bisa menarik kesimpulan , minimal untuk diriku sendiri, entah orang lain..

Bahwa, menjadi sarjana atau lebih tinggi stratanya dari S1, adalah perlu dan tetap penting, kuliah tetap penting,mencari ilmu semakin banyak dan semakin tinggi adalah penting sekalipun banyak yang mengatakan "buat apa jadi sarjana" nanti juga nganggur".. inti dari semuanya menurutku bukanlah itu.

Aku sarjana hukum, salah satu keinginanku tercapai, aku membuat orang tuaku bangga karena aku telah dibiayainya dengan perjuangan yang luar biasa.Kalau aku sekarang tidak bekerja sebagai ahli hukum tetapi minimal dalam hidupku aku nggak buta hukum, dan yang lebih penting ternyata hikmah, makna atau manfaat lebih tepatnya dari orang yang merasakan 'kuliah' adalah
wawasan dan cara berpikir yang berbeda, karena terbiasa menganalisa membuat setiap pemikiran dan ucapan dapat lebih terkonsep dengan baik dan tertata..sementara itu ijazah atau wisuda hanyalah klimaks dari semuanya.


Tuka, Desa Katolik Pertama di Bali

Bali dikenal sebagai salah satu provinsi yang mayoritas warga/penduduknya beragama Hindu Bali , yang tidak sama dengan agama Hindu yang ada di India misalnya. Dari ratusan desa hindu di Bali, terdapat beberapa desa yang mayoritas warganya beragama muslim seperti di Pemogan atau di Tuka yang mayoritas warganya beragama Katolik. Tepatnya di Desa Tuka Kabupaten Badung, 10 km dari arah Denpasar ( dan kebetulan hanya sekitar 300 meter dari rumahku ).

Dimulai tahun 1937 ketika 2 orang ( Bapak Rosa dan Bapak Regig ) setelah mendapat bimbingan dari seorang misionaris Belanda dibaptis menjadi orang katolik dan menjadi perintis penyebaran agama Katolik di desa ini dan desa desa sekitarnya.

Begitu lekat dan damainya penyebaran agama yang berlandaskan ajaran kasih sayang ini bisa dilihat hingga sekarang bahwa adat, budaya, bahasa, kebiasaan dan kultur sebagai satu kesatuan yang tak terpisah dan saling melengkapi. Saat Natal atau Paskah di setiap depan pagar juga terpasang penjor ( seperti nampak pada saat Galungan & Kuningan umat Hindu memasangnya sebagai sarana upacara dan tradisi ).

Tidak hanya memasang penjor, warga Desa Tuka yang akan merayakan Natal juga mempersiapkan gebogan ( sesajen yang dibuat tinggi menjulang berisi aneka macam buah dan kue ) di altar gereja, gebogan ini juga mirip dengan yang dibuat oleh umat Hindu untuk "ngaturang" pada waktu hari raya mereka.

Berawal dari 2 orang, kini menurut data sudah sekitar 2200 warga Desa Tuka yang memeluk agama Katolik. Yang nggak kalah unik adalah nama nama mereka yang memiliki kolaborasi antara nama "impor" [ baca : nama baptis ] dengan nama Bali , misalnya Antonius Nyoman Bagiarsa, Monica Ketut Darmini atau Rafael Wayan Suta.

Ciri khas lain yang unik adalah pemandangan yang tampak pada saat perayaan ekaristi malam Natal, karena hampir seluruh umat yang datang dan mengikuti misa mengenakan pakaian adat Bali, kamen plus udengnya seperti yang dipakai umat Hindu saat bersembahyang di Pura.

Dan diyakini ini adalah sebuah bentuk penghargaan dan penghormatan akan tradisi Budaya Bali sebagi leluhur mereka. Jadi kalau semuanya berjalan seiring, berdampingan damai segalanya lebih indah bukan ??

Senin, 03 Mei 2010

Melepas Kepergian

Ki-ka : Alm. Dionisius Setyobudi (kakak ipar, B : 18 Oct 1962 D : 18 March 2008), Agustinus Bambang Wijayanto (kakak kedua), Almh. Agnes Maria Bayu Putri Hardini (kakak pertama, B : 18 April 1965 D : 8 Jan 1989 )

Kematian kata Ebiet G. Ade adalah hanya tidur panjang. Dia bisa datang kapan saja dan datang pada siapa saja , dan semua orang juga tau bahwa kita tak bisa menolaknya.
Beragam cara bagi orang orang untuk meluapkan kesedihan saat ditinggal untuk selama lamanya orang yang kita kenal, terlebih bila yang pergi adalah orang terdekat kita.

Satu kenangan dalam hidupku atas kematian adalah ketika kakak pertamaku meninggal dunia di usia hampir 24 tahun.
Liburan semester pertama dua minggu setelah ujian berakhir. Aku pulang dengan segenap kegembiraan membayangkan akan bertemu dengan bapak ibu, kakak dan keponakanku.

Perjalanan Denpasar Batu sekitar 9 jam terobati ketika kaki menginjak rumah. Tumben juga melihat rumah sudah dalam keadaan terang benderang pada pukul 4 pagi. Yang tampak pertama malah tanteku yang tinggal di Bojonegoro. Aku sepertinya sudah mencium ketidak beresan akan sesuatu.

Bapak dan Ibu memintaku duduk sebelum aku melangkah ke ruang dalam. Dan di pagi hari itu aku menerima kabar kalau kakakku yang pertama ( kami bertiga ) telah berpulang 2 minggu yang lalu. Bapak sempat meminta maaf dan pengertian padaku kenapa aku terlambat diberitahu. Kakakku meninggal pada hari Minggu ( 8 Januari 1989 ) dan dimakamkan pada hari Seninnya, dimana pada hari Senin yang sama aku harus mengikuti ujian semester satu. Sekalipun ditentang hampir semua keluarga Bapakku tetap pendirian bahwa aku tidak perlu hadir dipemakaman kakakku. Kata beliau 'anakku yang sudah meninggal biarlah pergi dengan tenang dan anakku yang masih hidup biarlah menyambut masa depannya'.

Sesaat ada emosi dan sesal atas berpulangnya kakakku dan tidak dilibatkannya aku saat menghantarkannya ke peristirahatannya yang terakhir. Tetapi akhirnya aku menyadari segala sesuatunya sudah menjadi kehendak Tuhan. Pasti ini adalah jalan terbaik baginya setelah setahun belakangan dia harus melawan leukimia.

Pertemuan terakhir dengan kakakku satu bulan sebelum dia pergi, dia opname di RKZ dengan alasan anemia ( hingga meninggalnya dia tak tau kalau ternyata dia mengidap leukimia ). Aku tiba di Malang dari terminal langsung menuju rumah sakit dan seharian bersamanya. Sorenya aku sudah kembali lagi ke Bali. Entah petunjuk atau apalah..saat berpamitan kakakku menatapku laaamaa sekali dan dalam dalam, sementara perjalananku ke Bali diwarnai ban pecah hingga 3 kali ( yang menurut sopirnya kejadian yang tidak biasa ).

Tahun ini sudah 21 tahun dia pergi. Tetapi dia tetap hidup di hatiku, apalagi anaknya sudah 2 tahun (setelah papanya juga meninggal) kini tinggal bersamaku.
Hanya doa dan kenangan manis saat dia masih ada yang ada di ingatanku. Mengingatnya semasa hidup dan kini melepas kepergiannya dengan caraku sendiri dalam damai serta keyakinan dia telah hidup berbahagia bersama Dia di surga...

Selasa, 16 Maret 2010

Nyepi = Waktunya Ngungsi

16 Maret 2010, Nyepi datang lagi, artinya agenda tahunan buat ngungsi datang lagi...sedikit ribet karena kali ini aku hanya berdua dengan anakku. Pilihan paling gampang adalah "ngungsi" ke hotel..., dan kali ini hotel yang jadi pilihan Hotel Nikki dengan 2 alasan sederhana, pertama dekat dari rumah, yang kedua, hotel ini bersebelahan dengan Rumah Sakit Puri Bunda, rumah sakit tempat Ekel lahir ( Hotel Nikki dan Rumah Sakit Puri Bunda satu owner dan satu manajemen ), maksudnya kalau sampai Ekel sakit kita masih bisa jalan kaki ke rumah sakit tersebut karena kalau Nyepi kita nggak bisa kemana mana.

Kenapa harus ngungsi?
Nyepi identik dengan kegelapan, tau sendiri kan, kalau waktunya Nyepi kita tidak bisa bebas menyalakan lampu di malam hari. Artinya, karena kami juga non Hindu jadi penghayatan akan "kegelapan" terasa kurang menyentuh, apalagi untuk anak seusia Ekel. Dan jalan keluar sekaligus untuk menghormati kesakralan Nyepi adalah mengungsi itu tadi, jadi aku tak perlu takut lagi seandainya anakku memaksa menyalakan lampu.


Memangnya di hotel boleh?
Pasti boleh, kalau nggak boleh nggak mungkin juga mereka menawarkan "Paket Nyepi" dengan catatan pada saat Nyepi hanya lampu di lobby bagian dalam, lorong-lorong serta kamar yang boleh dinyalakan, itupun bukan lampu yang besar dengan sinar terang yang kuat. Sedangkan lampu lobby depan dimatikan hingga gelap total, saking gelapnya bahkan kita tidak tau kalau disitu berdiri sebuah bangunan. Jendela dengan view ke taman ditutup dengan kertas-kertas tebal yang tak tembus cahaya.


Kepraktisan lain adalah paket yang telah disediakan oleh hotel ( hampir tiap hotel menawarkan hal yang sama hanya dengan rate yang berbeda ), yang pasti adalah dalam satu paket 3 hari 2 malam, dengan akomodasi 4 kali makan ( 2 kali breakfast, 1 kali lunch dan 1 kali dinner ) disajikan ala buffet. Biar kita nyaman dan nggak terasa kalau lagi Nyepi biasanya disediakan mini in door playground, movies, spa, fitness, karaoke dan yang paling laris adalah berenang.

Ekel sudah kali ke empat Nyepi ngungsi ke hotel, saat usianya baru 2 bulan, aku chek in sebelum pawai ogoh-ogoh dimulai, bisa nggak sampai-sampai ke hotel nanti karena bisa dipastikan jalanan macet. Malam pertama di hotel semuanya masih terasa seperti liburan, begitu esoknya sejak pukul 06.00 saat matahari muncul, semuanya terasa hening, hingga siang terang benderang suasana bertambah sunyi, melongok ke jalanan seperti pulau tak berpenghuni. Sore hingga ke malam masih sama , hening,sunyi , gelap dan pekat. Kalau lagi banyak masalah dan lagi sendirian benar-benar terasa "luar biasa".

Esoknya pukul 06.00, ketika kita sudah diperbolehkan keluar , saatnya menghirup udara yang terbebas dari polusi, udara begitu tipis dan segar. Bumi dan langit di Bali seolah telah benar-benar istirahat dari segala kepenatannya selama ini.
Dan rasanya bukan hanya bumi Bali yang telah istirahat, aku juga bisa memanfaatkan waktu untuk beristirahat, bagaimana tidak, kerjaku hanya bangun tidur, berenang menemani Ekel, mandi, makan, tidur, makan lagi, malamnya chatting dengan orang tersayang...

Akhirnya ya...meskipun nggak suka gelap, tiap tahun ini akan tetap jadi agenda tahunan, mau hotel yang lebih enak ? mesti nabung dulu ...

Sabtu, 27 Februari 2010

Starry, Starry Night

Sebetulnya lagu ini di referensikan oleh seorang sahabat untukku, saat aku dihadapkan pada situasi aku lagi " terbeban berat " ...setelah keadaan membaik ujung ujungnya lagu ini menjadi lullaby song anakku...( tiap mau tidur harus muter lagu ini berulang ulang sampai dia tertidur....)
Mudah-mudahan bukan aku saja yang bisa terinspirasi oleh lagu ini, sehingga banyak jiwa yang bisa " ditenangkan ".

Buat sahabatku di ' 16113 ' makasih ya...

Starry Starry Night
( Don Mc Lean / Josh Groban )

Starry, Starry Night
Paint your palette blue and grey
Look out on a summer's day
With eyes that know the darkness in my soul
Shadows on the hills
Skecth the trees and the daffodils
Catch the breeze and the winter chills
In colors on the snowy linen land

Now I understand what you tried to say to me
How your suffered for your sanity
How you tried to set them free
They would not listen, they did not know how
Perhaps they'll listen now

Starry, Starry Night
Flaming flower that brightly blaze
Swirling clouds in violet haze
Reflect in Vincent's eyes of china blue
Colors changing hue, morning field amber grain
Weatered faces lined in pain
Are shooted beneath the artist's loving hand


Now I understand what you tried to say to me
How your suffered for your sanity
How you tried to set them free
They would not listen, they did not know how
Perhaps they'll listen now

For they could not love you
But still your love was true
And when no hope, was left in sight
On that starry , starry night
You took your life, as lovers often to do
But I could have told you Vincent,
This world was never meant for one
as beatiful as you

Starry, starry night
Portraits hung in empty halls
Frameless head on nameless walls
With eyes that watch the world and can't forget
Like the stranger that you've met
The ragged men in the ragged clothes
The silver thorn of bloody rose
Lie crushed and broken on the virgin snow

Now I think, I know what tried to say to me
How you suffered for your sanity
How you tried to set them free
They would not listen, they're not listening still
Perhaps they never will...






Rabu, 24 Februari 2010

Ketika Ekel Sakit............


Bangun tidur, Ekel sudah ribut katanya perutnya sakit...aku pikir sakit perut biasa. Karena libur sekolah seperti biasa setelah mandi waktunya dia makan, dan dia menolaknya. Sebentar-sebentar dia mengaduh kesakitan dan berguling-guling di tempat tidur. Semakin melihatnya aku semakin menjadi sadar bahwa sakitnya kali ini bukan sakit biasa.

Aku mencoba telepon ke dokternya ( dr. Kompyang Gautama SpA - beliau juga dokter anak yang menerima Ekel dari dokter kandungan sesaat setelah operasi caesar ) ternyata beliau lagi sibuk, maklum selain dokter anak yang praktek pagi dan sore hari, beliau juga sebagai kepala Rumah Sakit Bali Medistra. Menunggu sampai sore hari terasa sangat panjang apalagi dengan menyaksikan kesakitannya yang mengakibatkan dia tidak bisa tidur dan minum susu seperti biasanya.

Sore hari tanpa berlama-lama aku bawa Ekel bersama keponakanku ke Rumah Sakit, saat pendaftaran pun kami mendapat nomor satu. Menjalani pemeriksaan awal, dokter sudah mengharuskan Ekel mengikuti USG dan kemungkinan test darah. Awalnya aku sedikit cemas, tapi aku berpikir seandainya aku menampakkan kecemasanku, keponakanku akan lebih cemas lagi, dan aku tak mau membebani itu.

USG akhirnya selesai, dan pembacaan hasil USG menyatakan bahwa seluruh organ dalam Ekel dalam keadaan baik-baik saja. Dari hati, jantung, ginjal, limpa, pankreas, empedu, lambung, appendix, semua tidak menunjukkan sesuatu yang berada di luar kewajaran...hanya di sekitar lambungnya banyak terdapat gas.

Ketika seorang teman kuberitahu bahwa masalahnya terletak pada banyaknya gas atau dengan kata lain "masuk angin", setengah menggoda ( atau serius kali ya..?? ) dia mengatakan ibu macam apa aku ini...sepintas aku nggak begitu terpengaruh dengan kalimat ini, tapi semakin lama dipikir...nyantol juga di otakku...iya ya..ibu macam apa aku ini sampai anaknya "masuk angin kasep" ..

Padahal kalau dirunut ke belakang, apa sih yang enggak buat Ekel?? Sejak dia lahir imunisasi sudah paling lengkap ( program wajib pemerintah masih ditambah dengan IPD dan imunisasi untuk Flu ), susu juga aku pilihkan susu dengan standar zat besi yang tinggi..hidupnya teratur dari bangun pagi sampai dia tidur lagi semua sudah terprogram.. apalagi ya?

Masih aku pikirkan beberapa jawaban yang memungkinkan untuk pertanyaan ini, satu jawaban yang sudah aku dapat adalah bahwa aku masih kurang memperhatikannya,karena dia masih kecil maka sakitnya Ekel adalah kelemahanku, kekuranganku..jadi kalau selama pemeriksaan Ekel aku merasa dingin sekujur tubuh, bingung, gelisah, cemas ..barangkali itu harga yang harus aku bayar..merasakan begini lho rasanya jadi orang tua kalau anaknya sakit..dan membantu mengingatkan kita bagaimana dulu perasaan orang tua kita waktu kita juga sakit..

Yang jelas sekarang Ekel sudah pulih seperti sedia kala, hikmahnya aku jadi tau bahwa seluruh organ vital dalam Ekel semua dalam kondisi yang baik baik saja....


Sabtu, 20 Februari 2010

Tamu Tak Diundang........

Sabtu jam 05.00 pagi, aku terbangun tiba-tiba, ketika ingat harus menjemput ibuku di terminal bis Ubung. Setengah mengantuk aku mencari hand phone. Lama berputar-putar akhirnya aku menyadari tasku juga tidak ada. Bingung!!! Panik!!!

O ...O .... ngantukku langsung hilang begitu menyadari ada tamu tak diundang telah berhasil masuk ke dalam rumahku. Dan begitu cepatnya sejumlah uang, beberapa buah hand phone, kamera, laptop berpindah kepemilikan.... sementara scanner, printer, flash disk diserakkan di tanah kosong samping rumah.

Jadi, berita buruknya, aku kemalingan, tapi berita baiknya kami semua selamat tak ada yang cedera sedikitpun. Terima kasih Tuhan !!

Biasanya (dulunya) areal perumahan kami ini aman, banyak barang hanya ditempatkan di teras begitu saja dan selama ini tidak ada yang mengambil. Banyak motor diparkir sekenanya juga tidak ada yang mengusiknya. Barangkali inilah yang membuat kami ( khususnya aku !!! ) menjadi terlena. Meletakkan barang nggak disiplin, jendela nggak mau diteralis...bahkan mungkin terlalu percaya sama orang.

Banyak HIKMAH.........,
Sekalipun terlambat, namanya hikmah pasti adalah tautan dari setiap kejadian, lebih berhati-hati menjaga benda " berharga " ( dan tentu saja disini nominal bukan menjadi ukuran, misalkan laptop, laptop dengan harga miring banyak tersedia/dijual tapi apa yang tersimpan dalam 'otak' laptop itu sendiri yang lebih berharga karena berisi data, konsep, rencana, program yang telah tersusun dan tersimpan secara berkelanjutan dari waktu ke waktu ), juga hand phone....harga hand phone sendiri nggak begitu mahal tapi nomor-nomor yang tersimpan di dalamnya menjadi suatu hal yang menjadikannya kehilangan besar...nomor keluarga, rekanan bisnis, teman, sahabat. Hikmah yang lain jangan meremehkan nasehat orang lain...ya begitulah.

Akhirnya, menyesal apalagi bersedih bukan pilihan dan aku yakin itu tidak akan mengubah keadaan dan bukan jalan keluar. Sedih ? Ya, manusiawi, dan itu hanya porsi yang kecil. Aku tidak merasa sedih yang hebat dan berkepanjangan...
" Jangan katakan ini milikku dan itu milikmu, tapi katakan ini datang padaku dan ini datang padamu "...jadi ya memang semua benda itu kemarin memang hanya datang padaku, dan sekarang waktunya dia harus pergi dariku.... apalagi yang harus kukatakan selain 'terima kasih sudah bersamaku untuk waktu yang panjang benda-bendaku, kini saatnya kau harus pergi...selamat jalan....

Jumat, 19 Februari 2010

Akhirnya....Jadi Ibu !!!!


" Sabar ya bu, tunggu sebentar, kita lakukan operasi setelah dokter anestesinya datang, sekarang beliau masih main tenis...."
( dalam kepalaku : hah ??...tiung..tiung..tiung..)

Kalimat itu yang menyambutku di ruang persiapan operasi.
15 Januari 2006 jam 09.00 Wita. Segala sesuatunya telah aku persiapkan dengan baik bahkan sejak semalam. Pulang ke rumah tepat tengah malam setelah menyusuri jalanan Pantai Kuta yang gelap dan lengang. Hanya bias lampu yang berpendar di antara rintik hujan di penghujung malam. Mengisi perut di salah satu fun pub sekaligus menghadirkan perasaan rileks dan tenang. Paginya mandi dan keramas biar bersih. Sebelum berangkat masih berdoa, semoga semuanya lancar dan selamat.

Sekalipun ini memasuki titik akhir, penantian enam tahun yang akan segera terbayar, tapi aku tidak menjadikannya sebagai sesuatu yang terlalu berlebihan, aku hanya merasa bahwa kelahiran anakku adalah bukti aku wanita normal dan terima kasih akhirnya diberi kesempatan untuk menjadi ibu. Hal terakhir sebelum pintu operasi tertutup adalah menyampaikan sebuah pesan penting untuk suamiku "untuk merawat bayi yang baru terlahir seandainya terjadi sesuatu padaku pada saat operasi" , dokter bilang aku harus menjalani bius total, karena aku menderita polio pembiusan separo / bius spinal tidak dapat dilakukan. Bukankah lebih baik kita realistis saja, kita nggak ngerti apa yang akan terjadi di depan kita sekalipun kita berharap selalu yang terbaik yang akan terjadi.

Bukan aku tidak mensyukuri anugerah ini, tapi aku lebih meyakini bahwa ini memang sudah di set up sama Tuhan, anak ini harus terlahir dari aku. Bukankah kalau dicerna kita semua terlahir di dunia ini tidak bisa memilih dari ayah dan ibu siapa kita diturunkan, siapa dan apa pekerjaan orang tua kita, kaya atau miskin orang tua kita....



Operasi dilakukan di RSAB Puri Bunda - Gatsu ( setelah dokter anestesi datang!!! ), Tanggal 15 Januari 2006 , tepat 12.18 wita anakku lahir dengan selamat, lelaki, panjang 51 cm dengan berat 3,25 kilogram..namanya AMADEO ORACLE, nama yang diperoleh lewat mimpi. Anakku terlahir sehat jasmani dan rohani itu sudah cukup bagiku, kalau dia ganteng, pinter, bla..bla..bla..itu adalah bonus baginya.

Seperti harapan orang tua pada umumnya aku juga menginginkan kelak anakku dapat menjadi orang yang berguna bagi orang tua, keluarga, lingkungan, bangsa dan negaranya.

Hal terbesar yang mempengaruhi cara pandangku atas hadirnya seorang manusia kecil adalah....memang bener nggak ringan dan nggak gampang jadi seorang ibu...kompleks tapi menyenangkan.
Dan dalam diriku sudah aku tanamkan, akan kubesarkan anak ini dengan segala sesuatu yang terbaik apa yang aku miliki dan apa saja yang bisa aku lakukan untuknya, akan kutarik busurnya supaya dia bisa melesat sejauh mungkin dia mampu dan tak salah arah...finalnya...kelak...sampai dimana , semuanya akan ada pada dirinya sendiri!!!




Kamis, 18 Februari 2010

Mengapa Harus Minder?


Salah satu misteri kehidupan manusia adalah misteri penderitaan. Berulang kali aku bertanya, "Mengapa aku harus mengalami ini?" , "Mengapa ada penyakit?" , "Mengapa aku cacat?" , "Mengapa orang itu mati?" , "Mengapa aku harus memikul kekecewaan ini?" , ada sakit di dalam tubuh kita, sakit di dalam pikiran kita dan sakit di dalam hati kita. Mengapa harus demikian??

Menurutku kita dapat mengerti penderitaan di dalam hidup dan mengubahnya menjadi energi yang positif jika kita dapat melihat 2 fakta , yakni :

Pertama, setiap fakta merupakan kemungkinan memperoleh berkat dan juga kemungkinan memperoleh penderitaan. Misalkan aku belikan anakku sepeda, pasti dalam proses belajar bersepeda dia akan beberapa kali terjatuh,kesakitan dan menangis, jelas itu bukan keinginanku. Apakah itu berarti bahwa aku yang menyebabkan penderitaannya, padahal dengan membelikannya sepeda aku justru ingin membahagiakannya. Dan bukankah penderitaan dalam hidup merupakan harga yang harus kita bayar agar kita dapat digolongkan dalam keluarga manusia.

Kedua, mencari tau dengan benar siapa diri kita, menyadari dengan teliti seperti apa kita ini. Ini adalah sebuah pengalaman pribadi yang belum pernah aku share sebelumnya. Penyakit Polio atau Poliomeilitis telah menjadi temanku sejak usia 1,5 tahun. Penyakit yang ditularkan oleh virus ini masuk melalui tubuh manusia yang kemudian menginfeksi saluran usus. Virus kemudian memasuki aliran darah dan mengalir ke sistem syaraf pusat menyebabkan otot lemah dan kelumpuhan. Dan sedihnya penyakit ini "tidak bisa disembuhkan".

Dulunya aku pernah pada fase tidak tau diriku yang sebenarnya, semuanya seperti masih tampak wajar dan normal , naik pohon, naik genteng,berenang, menari, naik panggung menyanyi, punya pacar.......pokoknya nggak sadar diri, itupun karena lingkungan mendukung ( nggak ada yang komplain atau semua pada segan ngomong jujur tentang keadaanku ). Semuanya berubah ketika usiaku hampir 17 tahun, ketika aku meminta berhenti untuk terapi. Awalnya sungguh menyakitkan menyadarinya. Aku berubah jadi pemalu, tertutup, menekan kesedihan, bahkan menangis sampai capek, toh semuanya nggak berubah. Ujung-ujungnya yang bisa aku lakukan hanya berdoa ( klise!! ), tapi akhirnya aku menyadari Tuhan menjawab doaku bukan dengan menghilangkan penyakitku tetapi memberi kekuatan yang lebih untuk memikulnya.

Waktu menempaku dan menjadikan aku lebih keras memaksa diri sendiri untuk lebih PD, lebih tenang, lebih ikhlas dipelototin orang, lebih ikhlas menerima iba orang lain...aku biarkan diriku 'dibantai' oleh kenyataan, aku memutuskan melanjutkan pendidikan di tempat yang jauh dari orang tua biar lebih mandiri, berupaya membiayai pendidikanku sendiri ( sok jadi penulis.. ) hingga akhirnya aku sampai pada titik bahwa sakit yang Tuhan beri padaku tidaklah sepadan dengan berkat dan karuniaNya yang lain.

Ini aku yang sekarang, penderita polio, pendidikan nggak jelek-jelek banget, bisa berkeluarga, bisa menjadi seorang ibu, bisa punya bisnis sendiri walaupun dalam skala kecil. Bukan bermaksud sombong kalau aku bilang aku lebih mandiri sekarang. Bukan pula bermaksud mengecilkan orang lain yang terkena polio, bahwa sebenarnya kita nggak perlu kok minder, begini saja mikirnya : belum tentu orang yang sehat bisa mikir dan bertindak seperti kita. Kalau minder kita sendiri yang rugi, kita jadi tidak bisa menikmati hidup, kita jadi kuper. Seandainya....ini ngomong 'seandainya' ada orang, teman, atau pihak lain yang nggak mau dekat atau berteman dengan kita...ya sudah biarin...cuek aja lagi!! Kan lebih mudah mencari teman dibanding mencari musuh...
Kayaknya memang mudah ngomong aja ya, tapi aku pernah mengalaminya lho...jadi harus percaya!!

Sekarang bagiku yang penting melanjutkan hidup, 'mewarnai' hidup, percaya diri, mandiri, biar Tuhan bangga melihatku..........

Rabu, 17 Februari 2010

Jiwa Kita ( Jiwaku & Jiwamu ) Tertekan?

Kita sering mendengar tentang tekanan jiwa, dan sesungguhnya kita sangat mengenal persoalan-persoalan kita. Kita terus menerus memikirkan setiap persoalan kita, sehingga setiap bagian menjadi jelas. Pikiran kita mulai memperbesar persoalan itu dan membuatnya seolah-olah menjadi lebih berat lagi. Dan dengan menambahkan macam-macam unsur lainnya seperti kemarahan, kasihan akan diri sendiri, ketakutan akan terjadinya sesuatu yang lebih buruk, putus asa dan kehilangan akal, maka kita sudah berhasil dengan sukses membuat jiwa kita tertekan dan lebih tegang.

Tetapi seandainya kita yakin bahwa ada hal-hal lain yang lebih baik akan mengisi hari depan kita, maka kita akan memperoleh kebaikan itu. Kita akan mendapatkan sumber-sumber keuangan untuk dipergunakan memenuhi kebutuhan, bahkan lebih daripada itu. Kita akan mendapatkan suka cita dalam hidup ini. Kita akan mencapai cita-cita kita, doa-doa kita akan didengar dan dijawab, dapat melihat hidup yang akan datang dengan jelas dan jika datang saat gelap kita akan dapat mengatasinya. Jika kita yakin bahwa hal-hal yang baik tersebut akan mengisi hidup kita, apakah jiwa kita masih tertekan? Tentu tidak!!

Jika masih merasa tertekan, berdoalah padaNya, Ia akan mengabulkan doamu..karena jika kita berdoa dan memutuskan berbuat sesuatu, maka akan tercapai maksudmu dan cahaya terang akan menyinari jalanmu. Sebesar apa kita sudah percaya akan Dia, sebesar itu pula kita telah menerimanya...kuncinya adalah percaya, dan kita akan percaya kalau mengenal Dia dengan baik.

Ada banyak cara untuk mengenal Dia dengan baik, bayangkan kita duduk di suatu pegunungan. Duduk di sana dalam kesunyian sambil menikmati hawa sejuk, perhatian kita tertuju pada gunung tinggi yang jauh di seberang kita, tampak puncak gunung itu diselimuti hujan dan badai. Angin mencambuknya dari segala arah. Hujan turun amat deras, kilat menyambar-nyambar dengan pukulan yang dahsyat. Kita tentu bertanya-tanya apakah gunung itu dapat menahan serangan-serangan yang gencar itu? Tapi tak lama kemudian, awan yang gelap itu lenyap dan terlihatlah lagi gunung yang megah berkilauan dalam cahaya matahari yang cerah.

Kita tentu dapat bayangkan betapa banyak kesakitan yang harus dialami gunung itu selama berada di sana. Misalnya badai,topan,gempa bumi, kebakaran,hujan. Gunung itu telah mengalami musim hujan yang dingin, telah menyaksikan datang dan perginya peperangan-peperangan dunia dan masa depresi. Raja-raja telah bangkit dan jatuh, kebudayaan telah berkembang dan punah, tapi gunung itu tetap ada di sana!!

Sebenarnya kita menjadi tegang dan tertekan juga gelisah jika gunung-gunung dalam hidup kita menghalangi jalan kita : hutang tak dapat dibayar, persoalan-persoalan tak dapat dipecahkan, penghalang-penghalang tak dapat ditanggulangi.

Karenanya untuk melepas jiwa yang tertekan kita harus berhenti memusatkan pikiran kita pada kelemahan kita dan mulai berpikir akan kekuatanNya. KekuatanNya cukup besar untuk memusnahkan segala kesulitan kita. Selalu yakin, percaya dan doa itu kuncinya.



( Thanks to my Charles L Allen............... )


Selasa, 16 Februari 2010

Santai Sejenak



Dari pagi aku sudah merasa lagi malas melakukan kegiatan rutinitas harian yang terkadang sangat membosankan, pengin sekali-kali sejenak keluar dari sesuatu yang monoton........, Ekel ( yang kebetulan libur sekolah ) dari pagi sudah ngajakin berenang...yo wis...jadi, pagi sekitar jam setengah sembilan kami berangkat menuju kolam renang yang tidak begitu jauh dari rumah, hanya berjarak sekitar 3 kilometer.



Ini tempatnya, Taman Segara Madu, lokasinya ada di Jalan Batu Bolong 39, jalan menuju tempat wisata Pantai Berawa. Tempat ini sering jadi pilihanku untuk berenang dengan beberapa alasan, antara lain dekat dari rumah, areal parkir yang luas, kolam yang besar, aman bagi anak-anak dengan ukuran tingkat kedalamannya, ada mini marketnya dan terakhir, ada pool bar serta coffee shopnya ( kan biasanya habis berenang perut langsung kukuruyuk !! )

Menurutku Taman Segara Madu ini suatu areal yang terkonsep tidak saja "kolam renang" tetapi juga sebagai taman rekreasi, dengan luasan kurang lebih 4.500 meter persegi, terdapat satu kolam renang ukuran olympic standar dan dipadu dengan tiga kolam renang anak-anak juga beberapa bale joglo kecil di sepanjang kolam, di sekeliling luar tampak rice field view pedesaan nan asri alami sebagai nilai tambah bagi kolaborasi antara taman rekreasi dan harmoni alam yang memberikan kesan bebas, lepas, lega, relax dan menembus batas imajinasi.

Matahari sudah di atas kepala ketika aku pulang, perut sudah terisi, Ekel juga sudah mulai ngantuk. Kalau dipikir-pikir sempat nggak sempat harusnya kita menyempatkan diri untuk rehat sejenak, apapun bentuknya, kemana tujuannya,berapa lama waktunya, biar bisa fresh lagi otaknya, tapi untuk kali ini lumayan puas setelah melepaskan rutinitas, berendam dan santai sejenak.....



Minggu, 14 Februari 2010

Hutan Eka Karya Bedugul

Hutan Eka Karya Bedugul
( lebih populer : Kebun Raya Bedugul )


Ini adalah salah satu tempat favoritku kalau lagi pengin sendiri..lagi banyak masalah...lagi pengin cari hujan dan dingin..!!!!!

Sebelum nulis aku coba bayangkan dulu..dalam rekam batinku, aku terperangkap di tengah hutan raya yang alami dan senyap,diam, sepi, sunyi, pohon-pohon yang jangkung menunduk nunduk ujungnya dibelai angin, saat yang bersamaan hujan datang ditambah kabut yang turun ke batang-batang pohon..seperti kesakralan yang mengikat...wuiihhh..!!

Kebun Raya Bedugul berada di ketinggian kurang lebih 1000 dpl, berjarak sekitar 60 km dari Denpasar, dengan jarak tempuh 1 jam berkendaraan.
Kebun ini berada di jalur antara Denpasar dan Singaraja dengan cuaca dingin cenderung hujan dan berkabut tipis di siang hari.

Menemukan kebun raya ini, tidaklah sulit, begitu sampai di wilayah Desa Candi Kuning Kecamatan Baturiti tampak sebuah gapura besar di kiri jalan. Memasuki wilayah kebun raya pintu masuk terbagi dua, yang di sebelah kiri untuk mobil ( selain bis besar ) yang langsung diperbolehkan masuk ke seluruh areal yang ada di dalam kebun raya yang sangat luas , dan pintu sebelah kanan untuk pengguna sepeda motor yang langsung ke areal parkir.

Kebun Raya Bedugul ini di bangun pada tahun 1951 dengan luas kurang lebih 154 hektar dan merupakan cabang dari Kebun Raya Bogor, didirikan sebagai tempat penelitian flora pegunungan Indonesia Timur ( Bali, Nusa Tenggara, Sulawesi, Papua dan Maluku ) dengan konsep perpaduan antara hutan alam dan tradisi Bali.

Konsep hutan alam dan tradisi Bali nampak jika dilihat dari gerbang utama yang berupa candi yang terbelah dan 9 patung dari epos Ramayana seperti Rama dan Sinta, Sinta Obong, Anoman, Sinta diculik Rahwana, Jatayu melawan Rahwana dll.
Juga ada 2 Pura ( Pura Batu Meringgit dan Pura Terataibang ) dan satu situs kuno patung singa mendekam.
Sedangkan pengembangan dari hutan alam sendiri tampak dari koleksi tanaman yang hingga kini berjumlah sekitar 18 ribuan dan koleksi-koleksi khusus seperti anggrek ( anggrek hitam yang langka ), kaktus, tumbuhan paku, tumbuhan air, tanaman obat-obatan, serta tanaman untuk upacara agama serta mawar dan begonia.

Landscape di sini bertingkat dari 1000 dpl hingga 1400, sehingga banyak tempat seperti bukit-bukit kecil yang bisa dipakai sebagai sarana olah raga mendaki, atau yang senang dengan out bond di dalam areal kebun raya telah tersedia " bali tree top ".

Jadi kalau lagi banyak banyak masalah..enak banget kalau ngadem di sini hitung-hitung sekalian belajar tanaman dan mencintai alam............






Sabtu, 13 Februari 2010

Waktu Menyelesaikan Masalah

Ini juga aku dapatkan di Bali....( dari seorang Ronal Hikari dan Ven.K.Sri Dhamananda ) sebuah perenungan menuju tahun baru..." sebuah catatan khusus untukku dari telaah atas segala kejadian dari tahun yang baru saja berlalu "


Waktu Akan Menyelesaikan Masalah

Setiap kesulitan akan berlalu. Apa yang menyebabkan kamu meneteskan air mata hari ini, akan segera terlupakan, kamu mungkin mengingat bahwa kamu pernah menangis, tetapi kamu tidak akan mengingat lagi apa yang sebetulnya telah kamu tangisi.

Sebagaimana kita tumbuh menjadi dewasa dan menjalani kehidupan, jika kita ingat hal ini, kita akan selalu menjadi heran apabila kita berbaring pada malam hari kita memikirkan hal hal yang telah mengecewakan kita yang terjadi selama sehari, atau bagaimana kita menaruh dendam terhadap seseorang dan terus membiarkan pikiran-pikiran yang sama timbul di dalam pikiran kita, tentang bagaimana kita akan membalas orang yang telah merugikan kita.

Kita mungkin menjadi marah terhadap sesuatu, tetapi kemudian bertanya-tanya dan merasa heran, apakah sebenarnya yang telah menyebabkan kita menjadi begitu marah. Apabila kita telah berhasil menghentikannya dan mulai berpikir tentang hal lain yang lebih bermanfaat maka kita akan menyadari betapa waktu dan tenaga kita terbuang sia-sia karenanya dan betapa kita dengan sengaja telah menyebabkan ketidak bahagiaan.

Karenanya apapun kesulitan kita dan bagaimanapun beratnya kesulitan itu timbul, semuanya akan dapat diselesaikan oleh waktu. Tetapi sebelumnya kita tentu saja harus berusaha untuk menjaga dan melindungi diri kita agar hal tersebut tidak mengalami kesulitan yang sama.

Mengapa kita membiarkan kesulitan menguras tenaga dan membuat diri kita tidak bahagia? Tentu saja jawabnya adalah : bahwa bukan mereka yang berbuat demikian, melainkan sebenarnya diri kita sendirilah yang membuat diri kita tidak bahagia.

Harus disadari bahwa ada cara untuk menghadapi setiap masalah dan kesulitan yang muncul, dengan kata lain masalah dan kesulitan tersebut pasti ada akhirnya, yang ditemukan dengan cara mencapai kebebasan dan hasrat keakuan, yaitu dengan membasmi semua bentuk keragu-raguan dan kebodohan.

Seringkali terjadi, apabila kita gagal mendapatkan penyelesaian akan masalah dan kesulitan kita biasanya kita cenderung untuk mencari kambing hitam, atau siapa saja yang dapat dijadikan biang keladi atas kesusahan kita. Kita tidak siap mengakui kekurangan kita sendiri. Kita merasa lebih mudah menyalahkan orang lain sekaligus menganggap orang lain sebagai biang keladi kesusahan kita.

Inti dari semuanya adalah bahwa kita harus bekerja sungguh-sungguh, dengan rajin dan cermat,menjalani kehidupan dengan sewajarnya, serta yang paling penting adalah selalu siap dan tenang dalam menyelesaikan setiap masalah dan kesulitan yang datang.

Jumat, 12 Februari 2010

Canang


CANANG

Bali identik dengan agama Hindu, agama yang dianut mayoritas masyarakat Bali. Dan salah satu bentuk yang terkonsep sebagai budaya seni adalah persembahan ( sesajen ) kepada Yang Widhi Wasa dengan berbagai keaneka ragaman bentuk. Sementara unsur api, bunga, buah dan daun adalah elemen yang saling melengkapi dalam sarana persembahan orang Bali.

Sesajen sederhana dalam artian wujud, bahan, dan pemakaian dalam keseharian ( canang adalah sesajen yang mutlak dan wajib ada setiap pagi dan sore hari dalam setiap rumah ) serta gampang ditemui dalam masyarakat Hindu di Bali adalah Canang. dan pada umumnya yang sering ditemui berbentuk bulat, sekalipun setiap kabupaten di Bali mempunyai karakteristik dan ciri khas tersendiri.

Canang sendiri terdiri dari sebuah daun kelapa yang masih muda atau janur yang dibentuk kotak atau bulat disemat dengan lidi, yang sekaligus menjadi alasnya. Porosan ( dari sebentuk kecil daun janur kering yang berisi kapur putih ), seiris pisang, seiris batang tebu, kekiping ( kue dari ketan yang tipis dan kecil ), kemudian di atasnya ditata aneka bunga ( bunga tertentu dan tidak sembarang bunga ) biasanya berwarna merah, kuning,putih dan hijau daun pandan. Terakhir di berikan boreh miik ( wewangian ) sebagai penambah aroma.

Canang ini dipergunakansebagai persembahan atau sesaji bersama dengan asap dupa yang mengepul dan tirta ( air suci ) yang dipercikkan di atasnya, tentunya disertai untaian doa suci.

Rabu, 10 Februari 2010

Pulau Bali



BALI...banyak orang menyebut sebagai Pulau Surga, Pulau Seribu Pura, Pulau Dewata dan banyak lagi sebutan yang lain bagi pulau seluas 5.561 km2 , dengan jumlah penduduk sekitar 4.500.000 jiwa.

Pulau yang juga salah satu propinsi di Indonesia ini merupakan bagian dari Kepulauan Sunda Kecil sepanjang 153 km dan lebar 112 km, serta berjarak sekitar 3,2 km dari Pulau Jawa.

Gunung Agung adalah titik tertinggi di Bali yakni dengan ketinggian 3.148 dpl dan menjadi pusat atau induk dari semua pura yang ada di Bali yakni Pura Besakih. Berdasar topografi dan relief di tengah Pulau Bali memanjang pegunungan dengan gugusan gunung berapi di antaranya Gunung Batur dan Gunung Agung serta yang tidak berapi yakni Gunung Merbuk, Gunung Patas dan Gunung Seraya.

Sedangkan selain dikelilingi oleh laut dengan banyaknya pantai yang telah dikenal oleh wisatawan, Pulau Bali juga memiliki 4 danau yakni Danau Beratan, Buyan, Tamblingan dan Batur, danau-danau ini juga telah menjadi bagian dari obyek wisata yang layak dikunjungi oleh wisatawan baik karena keindahan danau dan ekosistimnya yang layak jual juga komponen pendukungnya sudah bisa memenuhi kriteria sebagai daerah tujuan wisata.

Selain sektor pariwisata, sektor perikanan dan pertanian juga masih menjadi andalan perekonomian setiap rumah tangga seperti normalnya negara agraris, dan yang tak boleh dilupakan adalah banyaknya orang Bali yang menjadi seniman dan menjadikannya sebagai "pekerjaan"

Bahasa yang dipakai di Bali antara lain Bahasa Bali ( sebagai bahasa ibu ) dan Bahasa Indonesia, sedangkan Bahasa Ingggris adalah bahasa ketiga (dan bahasa asing utama) bagi masyarakat Bali yang dipengaruhi oleh kebutuhan besar dari industri pariwisata, bahkan banyak orang yang menguasai bahasa asing lain dengan kompetensi yang cukup memadai.